Istri Teroris Yang Menata Hidupnya Kembali
Umi Azam dan Umi Syifa yaitu istri anggota kelompok Santoso yang dicap teroris, kini mulai menata hidupnya kembali.
TRIBUNNEWS.COM - Umi Azam dan Umi Syifa yaitu istri anggota kelompok Santoso yang dicap teroris, kini mulai menata hidupnya kembali.
Suami mereka dipenjara dan mati di tangan aparat, kehidupan pun jadi serba susah karena namanya masuk dalam daftar teroris global. Santoso disebut sebagai pemimpin Mujahidin Indonesia Timur (MIT) –yang bertanggungjawab atas sejumlah pembunuhan dan penculikan di Indonesia.
Itu mengapa Santoso menjadi buruan kakap Kepolisian Indonesia juga Amerika Serikat.
Lalu, bagaimana kepolisian bisa menemukan jejak mereka? Berikut kisah lengkapnya yang dilansir dari Program Saga produksi Kantor Berita Radio (KBR).
Perburuan terhadap pria kelahiran Tentena ini rupanya sudah dimulai sejak lama. Tapi selalu lolos dari sergapan aparat. Lokasi persembunyiannya, Gunung Biru, dianggap cukup menguntungkan.
Sebab secara geografis, Santoso dan kelompoknya –yang merupakan orang lokal, lebih menguasai medan dibanding aparat. Tapi pelarian Santoso alias Abu Wardah, akhirnya tamat sudah. Dalam baku tembak 18 Juli 2016, Santoso tewas.
Dulu, Dusun Taman Jeka di Desa Masani, Poso Pesisir dipakai Santoso dan kelompoknya berlatih fisik dan merancang strategi penyerangan. Namun, kini telah disulap menjadi lapangan kegiatan warga dusun.
Di rumah Umi Azam, ada dua bocah laki-laki, seorang perempuan muda, dan dua orang tua.
Istri dari tersangka teroris bernama Ambu Intang ini dipenjara selama 4 tahun sejak 2014. Sejak itu, mereka harus mencari penghidupan sendiri. Dan, itu tidak mudah dengan cap istri teroris. Kadang, dia diejek tetangga.
Umi Azam punya sepupu, Umi Syifa. Suami sepupunya, Abu Tasam, juga anggota kelompok Santoso. Tapi Abu Tasam tak seberuntung Ambu Intang. Sebab dia mati diterjang timah panas aparat saat disergap polisi.
Umi Syifa, juga bercerita, dia tak pernah tahu jika suaminya bagian dari kelompok buruan polisi. Pasalnya, sehari-hari aktivitas suaminya hanya berkebun. Tak ada yang mencurigakan. Meski, beberapa kali sang suami pernah tak pulang dengan dalih berkebun di hutan.
“Tidak, engga tahu, tahunya bekerja di kebun, kalau di kebun kaya di kebun gitu, dari pagi pergi pagi terus siang pulang makan, shalat dulu, jadi iya biasa saja, seminggu tidak pulang itu tidak ada, jadi tidak mencurigakan,” ucapnya.
Dua perempuan itu, tak menyangka apa yang dilakoni suami mereka bakal menyusahkan kehidupannya kini.
Tak ada uang, sementara kebutuhan hidup harus terpenuhi. Umi Azam berharap bisa jualan, sehingga tak lagi bergantung pada bantuan polisi. Sebab dia sadar, anak-anaknya bakal membutuhkan biaya lebih besar kelak.
Bukan persoalan gampang juga, memulihkan hubungan para istri kelompok Santoso dengan masyarakat, terutama polisi. Bagi Umi Azam dan Umi Syifa, polisi adalah musuh karena telah memenjarakan suami bahkan membunuh suami sepupunya. Perasaan marah, sempat menyergapnya.
Anggota Polres Parigi, Bogiek Sugiyarto, juga bercerita butuh waktu lama untuk meraih kepercayaan mereka.
“Dulu di sini polisi tidak diterima, karena polisi dianggap thogut, polisi ke sini juga takut sama mereka karena mereka dianggap keluarga teroris. Jadi kalau ketemu hanya pandang-pandangan, saling curiga. Nah begitu membuka diri ternyata tidak seperti itu selama ini hanya saling merasa, di sini dibilang teroris kita dibilang thogut. Tapi nyatanya tidak seperti itu ternyata keluarga di sini baik, akhirnya terbangun hubungan yang baik,” ucapnya.
Bertahun, polisi dan keluarga kelompok Santoso, mulai saling percaya. Kalau bertemu, tak lagi rikuh.
Kini, Umi Azam berusaha menyembuhkan anaknya yang mengalami keterbelakangan mental hingga suaminya keluar dari penjara. Tapi, tiap kali anaknya bertanya tentang sang ayah, dia terpaksa berbohong.
Keakraban antara Umi Syifa dan Bogiek Sugiyarto, begitu terasa. Bogiek mengatakan, bungsu Umi Syifa bercita-cita menjadi polisi. Katanya, supaya bisa menembaknya. Tapi itu hanya kelakar di antara mereka.
Bogiek sendiri sudah menganggap Umi Azam dan Umi Syifa, sebagai adik.