Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Tanpa Solusi dari Pemerintah, Petani Terancam Punah

Dita khawatir situasi saat ini sedang darurat pertanian meskipun tidak krisis pangan.

Editor: Ferdinand Waskita
zoom-in Tanpa Solusi dari Pemerintah, Petani Terancam Punah
youtube
Ilustrasi petani 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -Survey Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) terbaru menyatakan bahwa petani Indonesia terancam punah.

Rata-rata usia petani kita saat ini 52 tahun.

Sementara hanya sekitar 3% generasi muda di tempat itu yang tertarik menjadi petani.

Baca: Menlu RI Ceritakan Keberhasilan Program Indonesia Lawan Terorisme di Forum Internasional

"Hasil penelitian LIPI ini mengkonfirmasi kekuatiran kita tentang masa depan pertanian dan ketahanan pangan Indonesia ke depan. Generasi muda, bahkan yang tinggal di desa, menilai kerja tani sebagai profesi yang tidak menentu penghasilannya, penuh resiko rugi, marjinal tapi malah berat secara fisik, " kata Wasekjen PKB Dita Sari di Jakarta, Kamis (21/9/2017).

Dita mengatakan harga jual yang sering terjun bebas membuat petani sering nombok dan akhirnya rugi.

Belum lagi biaya produksi kerap naik terus akibat kenaikan upah tenaga kerjanya saat musim tanam dan panen, perubahan cuaca, biaya transportasi dan ketersediaan lahan yang semakin menyusut.

Berita Rekomendasi

"BPS memang menyatakan bahwa Nilai Tukar Petani nasional per Agustus naik 0,94%. Namun faktanya kita melihat penurunan harga jual beberapa komoditi seperti cabe dan bawang. Cabe rawit pernah anjlok hingga Rp 4000-6000/kg, juga bawang merah. Karena putus asa, petani sering membiarkan tanamannya busuk di pohon. Karena biaya tenaga petiknya sudah tidak nutup," kata Dita.

Baca: Amien Rais : Jangan Ada Diskriminasi Anak dan Cucu Anggota PKI

Dita mengatakan hal tersebut membuat anak muda tidak mau bertani.

Lalu masa depan ketahanan pangan Indonesia akan gelap.

Sebab, 90% pangan nasional diproduksi oleh pertanian keluarga skala kecil yang sering rugi ini.

Dita khawatir situasi saat ini sedang darurat pertanian meskipun tidak krisis pangan.

Menurutnya, tata niaga terutama kebijakan harga, harus menjadi fokus perlindungan.

"Kalau harga pangan naik sedikit saja, semua orang di kota teriak protes. Tapi jika harga turun dan petani gigit jari, tidak banyak yang memperhatikan," katanya.

"Kami mendesak pemerintah agar persoalan harga ini sungguh-sungguh dicarikan jalan keluarnya. Jika tidak, siap-siap saja impor besar-besaran seluruh komoditi pangan kita. Karena sektor ini sama sekali tidak menjanjikan bagi generasi muda kita," tambah Dita.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas