Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Nusron Ajak Santri Warnai Paham Islam Rahmatan Lil Alamin di Berbagai Instansi

Tokoh muda NU Nusron Wahid mengajak semua santri mewarnai semua lini kehidupan.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Nusron Ajak Santri Warnai Paham Islam Rahmatan Lil Alamin di Berbagai Instansi
Istimewa/Tribunnews.com
Tokoh muda NU yang juga mantan Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid dihadapan ratusan hadirin dalam acara Hari Santri Nasional yang diselenggarakan PCNU Kabupaten Bekasi, di Win Grand Hotel Bekasi, Sabtu (21/10/2017). 

TRIBUNNEWS.COM, BEKASI - Tokoh muda NU yang juga mantan Ketua Umum GP Ansor Nusron Wahid mengajak kalangan santri untuk bisa mewarnai semua sektor dan lini dengan paham Islam yang rahmatan lil 'alamin.

Di tengah agresifnya penyebaran paham radikal oleh sekelompok aliran keagamaan, peran santri dari kalangan NU menjadi sangat sentral dan strategis dalam upaya menjaga nilai-nilai Islam yang ramah, damai, dan menghargai keberagaman sebagaimana diajarkan oleh para ulama yang turut berjuang dalam memerdekakan bangsa ini.

Demikian disampaiman Nusron Wahid dihadapan ratusan hadirin dalam acara Hari Santri Nasional yang diselenggarakan PCNU Kabupaten Bekasi, di Win Grand Hotel Bekasi, Sabtu (21/10/2017).

"Makanya harus ada semangat bawa santri harus bisa masuk dalam semua lini kehidupan bangsa untuk ikut megawal gagasan para ulama pendahulu," kata Nusron.

Dalam acara Hari Santri Nasional itu, hadir sekitar 500 peserta yang berasal dari berbagai kecamatan di Kabupaten Bekasi. Hadir juga sejumlah tokoh NU Kabupaten Bekasi diataranya KH Bagus Lukhito, KH Sholahuddin Al-Hadi, dan KH Ahmad Syauqi.

Adapun tema acara itu adalah "Membangun Santri yang Menghargai Keberagaman untuk Membagkitkan Peradaban Bangsa Menuju NKRI Hebat".

Nusron menyatakan, sekarang ini bayak komunitas di berbagai instansi yang berpaham radikal diakui atau tidak karena kurangnya kaderisasi di kalangan NU.

BERITA REKOMENDASI

Artinya, mereka yang bisa mewarnai paham keagamaan di berbagai instansi baik pemerintah maupun swasta sekarang ini bukan dari kalangan santri atau kalangan NU.

"Itu terjadi karena para kiai NU, santri yang pulang mondok merasa cukup dengan hanya bisa ngajar ngaji di kampung-kampung. Sehingga basis dakwah di kalangan profesional, di instansi-instansi tidak diperhatikan," ujarnya.

Mengingat kondisi itu, Nusron mengajak seluruh hadirin untuk kebali memaknai Hari Santri Nasional sebagai resolusi jihad dalam arti jihad menegakkan paham keagamaan dalam bingkai NKRI dan ideologi Pancasila.

Hari Santri Nasional, lanjut Nusron, harus dimaknai sebagai gerakan politik untuk terus menanamkan dan menyuburkan paham ahlu sunah wal jamaah dan semagat untuk menebarkan nilai kasih sayang terhadap sesama.

"Dan itu bisa diperjuagkan secara efektif ketika para santri bisa mewarnai diskursus dan dakwah-dakwah atau khutbah di berbagai sektor di institusi, baik instansi pemerintah, swasta, dan instansi-instansi strategis," ungkapnya.


Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas