Temui Habibie, Anies-Sandi Mohon Doa Restu Pimpin Jakarta
Berselang beberapa menit kemudian, suami dari Ainun Habibie itu datang menemui Anies dan Sandi.
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan didampingi Wakil Gubernur Sandiaga Uno mengunjungi kediaman Presiden ketiga Republik Indonesia BJ Habibie di Patra Kuningan, Jakarta Selatan, pada Rabu (25/10/2017).
Berdasarkan pemantauan, Anies dan Sandi sama-sama memakai baju batik dan celana panjang bahan kain tiba di kediaman Habibie, sekitar pukul 13.30 WIB.
Setelah masuk ke rumah, mereka diminta menunggu di ruang tamu.
Berselang beberapa menit kemudian, suami dari Ainun Habibie itu datang menemui Anies dan Sandi.
Mereka sempat masuk ke satu ruangan dan berbincang-bincang sekitar 20 menit.
"Beliau secara orang tua kami memohon doa restu memulai tugas baru di Jakarta. Kami tadi berdiskusi dengan Habibie. Beliau seorang pemimpin yang sudah mengalami naik turunnya permasalahan bangsa," tutur Anies, Rabu (25/10/2017).
Baca: Jadi UU Ormas, Kini Beban Politiknya ada di Presiden Jokowi
Dalam diskusi tersebut, kata dia, Habibie menyampaikan mengenai pentingnya kualitas sumber daya manusia (SDM). Selain itu, Habibie juga mengarahkan mengenai pentingnya perencanaan pembangunan daerah agar dapat mencapai tujuan.
"Pembicaraan singkat dengan beliau, kami mohon minta doa agar bisa menjalankan amanat dengan sebaik-baiknya," kata mantan menteri pendidikan dan kebudayaan tersebut.
Sementara itu, menurut Sandiaga, Habibie juga mengingatkan mengenai aspek teknologi dalam pembangunan daerah. DKI Jakarta sebagai ibu kota negara harus menjadi yang terdepan di bidang teknologi.
"Habibie dulu menggagas dewan riset daerah. Pak Habibie memberi masukan untuk bisa dioptimalisasikan. Dan dijadikan sebuah dewan yang merepresikan pelayanan publik dan progres di ibu kota," kata Sandiaga.
Di kesempatan itu, Anies dan Sandiaga diperlihatkan satu ruangan berisi ribuan buku-buku milik pria yang pernah menempuh pendidikan di Negara Jerman tersebut. Buku-buku dari berbagai bidang studi itu disusun rapi di lantai 1 dan 2 ruangan. Di akhir pertemuan, mereka diberikan, lalu dipakaikan jaket oleh Habibie.