Tagana Harus Aktif Rajut Persatuan dan Kesatuan Bangsa
Tantangan Indonesia saat ini adalah persoalan kemajemukan bangsa yang harus dijaga dan dikelola sesuai dinamika kehidupan masyarakat.
Editor: Hendra Gunawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa meminta Taruna Siaga Bencana (Tagana) terlibat aktif dalam upaya merajut persatuan dan kesatuan bangsa.
“Keberagaman serta perbedaan yang ada harus kita jaga dan hormati karena merupakan kekayaan berharga bagi bangsa Indonesia," ungkap Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa dalam keterangan persnya, Kamis (26/10/2017).
Kegiatan Jambore dan Bhakti Sosial Taruna Siaga Bencana Tahun 2017 yang dipusatkan di Kota Tomohon dan Tondano, Sulawesi Utara (Sulut) tersebut dihadiri sekitar 1.400 peserta dari 33 provinsi serta dari empat negara ASEAN yakni Filipina, Malaysia, Kamboja, dan Jepang, berlangsung mulai tanggal 23-27 Oktober.
Khofifah mengatakan, tantangan Indonesia saat ini adalah persoalan kemajemukan bangsa yang harus dijaga dan dikelola sesuai dinamika kehidupan masyarakat.
Keberagaman yang ada di Indonesia, menurutnya, berpotensi menimbulkan berbagai gesekan dan konflik di tengah-tengah masyarakat. Baik konflik akibat politik, ekonomi, suku, agama, ras, dan perbedaan pendapat.
"Bukan hal yang mudah menjaga persatuan dan kesatuan bangsa, mengingat besarnya wilayah dan penduduk Indonesia ditambah beragamanya budaya dan suku. Mari kita syukuri anugerah yang maha kuasa ini," imbuhnya.
Oleh karena itu, kata dia, Tagana harus menjadi perekat keberagaman sehingga tumbuh suasana harmoni saling menghargai dan memahami bahwa perbedaan adalah sebuah rahmat. Selain tugas pokok Tagana sebagai relawan penanggulangan bencana.
"Jadi sebetulnya Tagana ini punya tugas sekaligus makna yang luas tidak hanya menangani bencana alam namun juga punya kemampuan deteksi dini terhadap bencana sosial. Kiprah nyata dan eksistensi Tagana pun sudah diakui di seluruh Indonesia. Jangan pernah bekerja atas dasar kesamaan suku, agama, ras dan budaya tapi atas nama solidaritas dan layanan kemanusiaan ," imbuhnya.
Menurut Khofifah, Tagana menjadi tempat belajar dan menumbuhkembangkan semangat bela negara. Artinya, jika ingin belajar bela negara jadilah Tagana atau Sahabat Tagana. Di Tagana kita temukan kerelawanan, pengorbanan dan kejuangan. Maka di markas komando TAGANA di Sentul - Bogor pun diberi nama kampus Bela Negara.
" Mereka mampu dan mau menolong, bergotong royong, membantu dan merespon cepat ketika terjadi bencana alam maupun bencana sosial . SOPnya ketat yakni 1 jam mereka sudah harus berada di tempat," paparnya.
Untuk memperkuat peran Tagana, kata Khofifah, Tagana juga harus dibekali pemahaman wawasan nusantara dan wawasan kebangsaan serta kemampuan layanan dukungan psikososial. Saat ini jumlah Tagana yang tersebar di seluruh Indonesia sebanyak 35.054 personil.
Terkait bencana alam, Khofifah memaparkan sepanjang 2016 terdapat 2.171 kejadian bencana di Indonesia dan berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan setidaknya ada 2.171 kejadian bencana di Indonesia dan berdasarkan data serta informasi bencana Indonesia disebutkan jumlah korban meninggal mencapai 567 jiwa, 489 jiwa luka-luka. 2.770.814 mengungsi dan 23.628 unit rumah rusak ringan dan 5.750 unit rusak berat.