Panglima TNI Jelaskan Kekhawatiran Konflik Arab Spring Bisa Menjalar ke Indonesia
"Saya (sudah) tantang berbagAi ahili di universitas (untuk membantah), tujuh puluh persen konflik di dunia karena latar belakang energi," kata Gatot.
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Indonesia berpotensi jadi bancakan negara-negara maju menurut Panglima TNI. Jenderal Gatot Nurmantyo.
Pasalnya Indonesia punya potensi sumber daya energi dan pangan yang melimpah yang ke depannya dibutuhkan banyak pihak, termasuk negara-negara maju.
Dalam sambutannya di acara seminar yang digelar di Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Kamis (9/11/2017), Panglima TNI menyebut pada konflik di Asia Barat yang disebut dengan "Arab Spring," terjadi di negara-negara penghasil minyak.
Sementara cadangan minyak dunia, diperkirakan akan habis kurang dari 50 tahun ke depan.
"Saya (sudah) tantang berbagAi ahili di universitas (untuk membantah), tujuh puluh persen konflik di dunia karena latar belakang energi," kata Gatot.
Saat minyak sudah tidak bisa lagi dieksplorasi, maka nsemua pihak akan beralih ke sumber energi lain dan Indonesia menurut Gatot Nurmantyo punya potensi sumber daya energi alternatif yang berlimpah.
Baca: Panglima TNI Tidak Setuju Pernikahan Putri Jokowi Disebut Mewah dan Mahal
Tidak menutup kemungkinan, pihak-pihak yang terlibat di Arab Spring akan mengalihkan perhatian mereka ke Indonesia.
"Ini akan terjadi sapai ke negeri kita, mengapa demikian, karena konflik ini di Arab Spring, masalah energi minyak, tapi karena minyak habis, yang ada sekarang ada panas bumi, dan air," ujarnya.
Selain sumber daya energi, urusan pangan juga berpotensi membuat Indonesia jadi bancakan.
Gatot Nurmantyo mengingatkan bahwa saat ini sudah ada 7,5 miliar manusia, sementara bumi hanya bisa menampung sekitar 3,4 miliar manusia.
Hal itu menimbulkan permasalahan pangan.
"Dan wilayah-wilayah subur adanya di ekuator (red: khatulistiwa), Indonesia, di Amerika Selatan dan di Afrika Tengah," katanya.
Di wilayah khatulistiwa, tumbuhan bisa dipanen sepanjang tahun, dan relatif lebih produktif dari tumbuhan-tumbuhan yang ditanam di luar wilayah khatulistiwa.
Ia mencontohkan, pohon Akasia di Indonesia bisa dimanfatkan untuk dijadikan bahan kertas, setelah berumur enam tahun.
Selain itu, tumbuhan tersebut di Indonesia tidak mengalami hibernasi.
"Kalau di Eropa, baru setelah dua belas tahun dipanen, dan mereka kan ada musim dingin, jadi tidak bisa sepanjang tahun," katanya.