Try Sutrisno: Kita Lupa Pancasila Maka Kehilangan Arah dan Tersesat
Apabila masyarakat Indonesia mulai melupakan Pancasila, itu tandanya mulau kehilangan arah
Penulis: Fransiskus Adhiyuda Prasetia
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Mantan Wakil Presiden, Try Sutrisno mengatakan pasca reformasi tahun 1998, jangan sampai membuat masyarakat Indonesia melupakan Ideologi Pancasila sebagai dasar negara.
Apabila masyarakat Indonesia mulai melupakan Pancasila, itu tandanya mulau kehilangan arah dalam menyongsong masa depan bangsa.
Hal tersebut disampaikan Try Sutrisno, saat memberikan sambutan dalam acara Seminar Internasional bertajuk "Pancasila & Progressive Islam for The World" (Pancasila dan Islam Berkemajuan untuk Dunia) di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (10/11/2017).
"Mari kita kembali kobarkan penghayatan dan pengamalan terhadap Pancasila. Jangan karena reformasi, kita lupa Pancasila sehingga kehilangan arah dan akhirnya tersesat," kata Try Sutrisno.
Try mengatakan bahwa Pancasila telah dirumuskan oleh Founding Fathers dalam membentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Baca: Cerita Tukang Es Campur Detik-detik Suami Dokter Letty Tiba di Klinik dan Menembaknya
Hal tersebut, Pancasila telah membuat Indonesia menjadi sebuah bangsa yang kuat dan bersatu.
"Kalau kita mau menggantikan Pancasila. Itu jalan yang salah dan NKRI bisa hancur jika Pancasila diubah. Pancasila telah mempertemukan kita yang berbeda dan beraneka ragam dalam satu kesatuan," kata Try Sutrisno.
Untuk itu, ia bersyukur saat ini dibawah Pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) tengah merintis kembali penghayatan dan semangat nilai-nilai Pancasila di masyarakat.
"Ini adalah waktunya, ini merupakan momentumnya tepat bangsa Indonesia untuk kembali kita kobarkan sumpah kita kepada Allah, juga sumpah kita kepada para pahlawan yang telah mendahuli kita bahwa Indonesia akan tetap kokoh, utuh, bersatu padu dengan Pancasila itu," ujar Try Sutrisno.
Sementara itu, seminar yang diselenggarakan oleh PP Muhammadiyah diawali dengan penandatangan MoU antara Muhammadiyah dan Komunitas Sant' Egidio yang berbasis di Italia.
Hasil MOU tersebut untuk meningkatkan komitmen dan tindakan bina damai serta bantuan kemanusiaan di wilayah konflik dan bencana.
Muhammadiyah diwakili oleh Ketua Umum, Haedar Nashir dan Koomunitas Sant' Egidio oleh Presiden Community of Sant' Egidio Marco Impagliazzo.
Seminar ini dihadir juga oleh Utusan Khusus Presiden untuk Dialog antara Agama dan Peradaban, Din Syamsuddin, Ketua Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP), Yudi Latief, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendi, dan perwakilan duta besar dari berbagai negara sahabat.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.