Jarak Pandang di Besakih Hanya 300 Meter, Aktivitas Ekonomi Lumpuh
Kondisi kawasan ini, lanjut Kusmayadi, juga sudah mulai ditutupi abu vulkanik dari Gunung Agung.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Ferdinand Waskita
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-- Terus meningkatnya erupsi Gunung Agung berdampak lumpuhnya aktivitas ekonomi masyarakat di sepanjang jalur wisata menuju Pura Besakih, Bali.
Demikianlah pengamatan Respon Aksi Cepat Tanggap (ACT) ketika menyisir wilayah tersebut, Senin (27/11/2017).
"Puluhan rumah dan kios yang disaat normal menjual berbagai souvenir Bali tampak tutup. Desa Besakih ini seperti desa mati, tidak ada aktifitas warga sama sekali," ujar komandan Emergency Respon Aksi Cepat Tanggap (ACT) Kusmayadi kepada Tribunnews.com, Senin (27/11/2017).
Baca: Ketua Fraksi PKS: Marcus dan Kevin Juara Hongkong Open Superseries 2017, Luar Biasa !
Kondisi kawasan ini, lanjut Kusmayadi, juga sudah mulai ditutupi abu vulkanik dari Gunung Agung.
"Jarak pandang di darat hanya 300 meter saja," jelasnya.
Selain mata perih, tambah Kusmayadi, nafas juga sesak.
Tim ACT yang melakukan penyisiran dan upaya evakuasi terpaksa harus berbekal masker untuk mencegah abu terhirup.
Pura yang menjadi salahsatu objek wisata andalan Bali itu memang masuk KRB III, 6-7,5 KM atau zona merah/bahaya.
Dalam radius tersebut, menurut Kusmayadi harus dikosongkan.
"Alhamdulillah masyarakat patuh dan mengikuti himbauan tersebut," ucapnya.
Diberitakan sebelumnya, tingkat erupsi Gunungapi Agung sekarang meningkat dari fase freatik ke magmatik (sejak teramati sinar api di puncak di malam hari pada 25/11/2017 pukul 21.00 WITA.
Sampai hari ini erupsi fase magmatik disertai kepulan abu tebal menerus mencapai ketinggian 2.000-3.400 meter dari puncak.
Baca: Rekan Bisnis Wagub DKI Minta Polisi Tangguhkan Penahanan
Kepulan abu yang menerus kadang-kadang disertai erupsi eksplosif disertai suara dentuman lemah yang terdengar sampai jarak 12 km dari puncak. Sinar api semakin sering teramati di malam hari berikutnya.
"Ini menandakan potensi letusan yang lebih besar akan segera terjadi," jelas Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho.
Untuk mengantisipasi segala kemungkinan dan risiko bencana maka PVMBG telah menaikkan status Gunung Agung dari Siaga (level 3) menjadi Awas (level 4) terhitung mulai 27/11/2017 pukul 06:00 WITA. Status Awas adalah status tertinggi dalam status gunungapi.
Pos pengamatan Gunung Agung di Kecamatan Rendang Kabupaten Karangasem melaporkan bahwa swcara visual gunung jelas.
Asap kawah bertekanan sedang teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal dan tinggi 2.500-3.000 m di atas puncak kawah. Teramati letusan dengan tinggi 3000 m dan warna asap kelabu. Terlihat sinar api. Tremor non harmonik menerus amplitudo 1 - 10 mm (dominan 1 - 2 mm).
Masyarakat di sekitar Gunung Agung dan pendaki/ pengunjung/ wisatawan agar tidak berada, tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya, Yaitu di dalam area kawah Gunung Agung dan di seluruh area di dalam radius 8 km dari kawah G. Agung dan ditambah perluasan sektoral ke arah Utara-Timurlaut dan Tenggara-Selatan-Baratdaya sejauh 10 km dari kawah G. Agung.
Zona Perkiraan Bahaya sifatnya dinamis dan terus dievaluasi dan dapat diubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan data pengamatan Gunung Agung yg paling aktual/terbaru.
BNPB mengkoordinasi potensi nasional dari TNI, Polri, Basarnas, Kementerian PU Pera, Kementerian Sosial, Kementerian Kesehatan, Kementerian Perhubungan, BUMN dan lainnya untuk mendampingi Pemerintah Daerah dalam penanganan erupsi Gunung Agung.
Posko Pendampingan Nasional telah diaktivasi di Kabupaten Karangasem. BPBD bersama unsur lainnya terus melakukan penanganan darurat erupsi Gunung Agung.
Masyarakat yang berada di dalam radius 8 km dan peluasan 10 km dihimbau untuk segera mengungsi dengan tertib dan tenang.
Sebagian masyarakat telah melakukan evakuasi mandiri sejak 25/11/2017 malam menyusul erupsi Gunung Agung.(*)