Gerindra Salip Golkar, Fadli Zon: Saya Yakin Jadi Pemenang Pemilu
Gerindra berada di urutan kedua dengan 13,0 persen. Sementara Partai Golkar di urutan ketiga dengan 11,6 persen.
Penulis: Wahyu Aji
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon, angkat bicara soal rilis Lingkaran Survei Indonesia (LSI) yang menyebut elektabilitas Partai Golkar yang disalip Partai Gerindra.
Fadli mengatakan, pihaknya tengah bekerja keras memenuhi target menjadi pemenang pemilu.
"Tapi tentu harus melalui proses kerja keras. Kita yakin dengan strategi tepat dan kerja keras, gerindra saya yakin bisa jadi pemenang pemilu," kata Fadli kepada wartawan di Komplek Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (15/12/2017).
Pelaksana tugas (Plt) Ketua DPR RI ini mengaku tidak mau memanfaatkan situasi internal Golkar yang tengah bermasalah.
"Kami tidak ingin memanfaatkan kalau misalnya ada kekisruhan atau konflik di partai. Saya kira itu merugikan semua pihak, termasuk mitra dalam demokrasi. Kami ingin berharap semua berjalan baik," ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, elektabilitas Partai Golkar disalip oleh Partai Gerindra. Hasil ini berdasarkan survei yang dilakukan Lingkaran Survei Indonesia pada 1-14 November 2017.
Saat responden ditanya partai mana yang akan dipilih apabila pemilu dilakukan saat ini, sebanyak 24,2 persen menjatuhkan pilihan kepada PDI-P.
Gerindra berada di urutan kedua dengan 13,0 persen. Sementara Partai Golkar di urutan ketiga dengan 11,6 persen.
Baca: Draft Raperda Dikembalikan, Anies: Kayak Parsel Seserahan
"Pertama kalinya dalam sejarah, Golkar terancam terlempar ke urutan ketiga," kata peneliti LSI Ardian Sopa saat merilis hasil survei di kantornya di Jakarta, Kamis (14/12/2017).
Ardian menilai, hasil survei ini jelas bentuk ancaman bagi Golkar. Sebab, partai beringin selalu menduduki peringkat pertama atau kedua dalam pemilu.
Pada pemilu 2014 lalu, Golkar masih menduduki peringkat kedua dengan 14,75 persen.
Ardian menilai, turunnya elektabilitas Partai Golkar tak terlepas dari konflik internal berkepanjangan yang terjadi di tubuh partai tersebut.
Selain itu, kasus hukum yang menjerat ketua umumnya Setya Novanto juga berpengaruh signifikan terhadap elektabilitas Golkar.
"Kalau tak ada perubahan, Golkar bisa terus merosot ke urutan ke-4 atau ke-5," ucap Ardian.
Sebaliknya, apabila segera melakukan perubahan, Ardian menilai Golkar bisa saja kembali menaikkan elektabilitasnya, bahkan bisa menjadi partai pemenang di pemilu 2019.
Rapat Pleno DPP Partai Golkar sebelumnya memutuskan memilih Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Golkar menggantikan Setya Novanto.
Pleno digelar pada Rabu (13/12/2017) malam, di Kantor DPP Golkar, Jakarta Barat.
Ketua Harian Partai Golkar Nurdin Halid menyatakan, sejak berstatus terdakwa kasus korupsi proyek e-KTP, Setya Novanto dinonaktifkan sebagai Ketua Umum Golkar.
Selanjutnya, Golkar akan menggelar Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) dan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) untuk mengukuhkan Airlangga sebagai ketua umum.
Rapat pleno Partai Golkar telah memutuskan memberhentikan Setya Novanto dan menetapkan Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum Partai Golkar.