Silaturrahim GEMAR NKRI Diadakan Pertamakalinya
Satu lagi program luar biasa yang dijalankan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam membina para mantan napi terorisme agar bisa kembali
Editor: Toni Bramantoro
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Satu lagi program luar biasa yang dijalankan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) dalam membina para mantan napi terorisme agar bisa kembali dengan baik di masyarakat serta benar-benar kembali menjadi Indonesia.
Silaturahmi ‘GEMAR NKRI’ (Gerakan Masyarakat Anti Radikalisme Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah program pencegahan terorisme dengan menggandeng dan memberi wawasan kepada para mantan napi terorisme sehingga mereka bisa bermanfaat bagi kehidupan berbangsa dan bernegara.
“Silaturrahim GEMAR NKRI ini merupakan yang pertama kali kita adakan. Kegiatan ini untuk membuka wawasan karena jangan pernah menyangsikan ikhwan-ikhwan (mantan napiter) juga sangat mumpuni dalam bidang agama dan wawasan kebangsaan serta kewirausahaan. Saya meminta kepada rekan ikhwan tidak putus harapan. Informasikan kepada kami apa yang bisa kami bantu. Insha Allah kami akan fasilitasi. Ini sebagai bukti negara hadir di tengah rekan-rekan,” ungkap Kepala BNPT Komjen Pol. Drs. Suhardi Alius, MH saat membuka silaturahmi GEMAR NKRI Program Deradikalisasi Bina Masyarakat 2017 yang bertempat di Aula Perpustakaan Masjid Istiqlal Jakarta pada hari Senin, (18/12/2017).
Langkah BNPT merangkul para napiter untuk ikut membantu pemerintah menjalankan program deradikalisasi ini bukan program pertama yang dilaksanakan. Sebelumnya, BNPT juga telah melatih public speaking bagi para mantan napiter.
Kedua program itu adalah program pelibatan mantan nanpiter agar bisa mengajak rekan-rekannya yang masih terjangkit virus radikalisme untuk kembali menjadi orang Indonesia yang ber-Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika.
Menurut mantan Kabareskrim Polri ini, upaya deradikalisasi bagi para mantan teroris merupakan upaya berkesinambungan yang tidak bisa parsial namun perlu dipelihara.
Karena itu, pada silaturahmi GEMAR NKRI ini, pihaknya mengundang Menteri Agama, Menteri Riset dan Dikti, dan Kepala UKP Pemantapan Ideologi Pancasila. Itu dilakukan karena untuk menjalankan deradikalisasi ini, BNPT tidak bisa sendiri, tapi harus bersinergi dengan kementerian dan lembaga lainnya.
“Kami sudah menjalin sinergi dengan 32 KL. Bahkan saat kali pertama dipercaya sebagai kepala BNPT, saya langsung berbicara dengan presiden bahwa BNPT tidak bisa sendirian untuk mengurai benang kusut masalah terorisme. BNPT sangat terbatas, kami butuh akses sosial, agama, pendidikan, ekonomi, dan lain-lain. Karena mereka juga butuh kehidupan layak setelah fase sebagai napiter,” jelas Suhardi Alius.
Selain KL, BNPT juga bersinergi dengan lembaga dan organisasi kemasyarakatan. Karena itu, Suhardi berterimakasih kepada kementerian dan lembaga terkait yang hadir dalam kegiatan ini.
Pasalnya untuk membentuk karakter bangsa tidak bisa dilakukan secara instan, melainkan harus melalui proses panjang dan sustainable (berkelanjutan).
Suhardi melanjutkan, sejak 2015, BNPT telah melakukan berbagai kegiatan bersama KL dengan melibatkan anggota GEMAR NKRI.
Selain itu, BNPT juga melakukan silaturahmi ke rumah-rumah anggota GEMAR NKRI mengadakan penguatan kebangsaan dengan menghadirkan narasumber yang kompeten dibidangnya, selain mengadakan pelatihan kewirausahaan.
Saat ini, lanjut mantan Sestama Lemhanas ini, mitra binaan Pusat Deradikalisasi BNPT sekitar 700 mantan napiter.
Dari jumlah itu sekitar 100 orang yang menghadiri silaturahmi GEMAR NKRI ini. Ia berharap pada kegiatan mendatang, akan lebih banyak lagi anggota GEMAR yang ikut serta.
Selain itu, Suhardi juga memohon kepada instansi yang berada di daerah agar tidak mempersulit mantan napiter dalam mengurus kependudukan maupun dokumen lainnya.
“Mereka jangan sampai termarjinalkan karena kalau dimajinalkan suatu saat pikiran mereka akan kembali ke yang dulu,” tandas Suhardi Alius.