Sudirman Said: Pemilu Mencari Pemimpin Bukan Penguasa
Penguasa, terutama di era demokrasi elektoral seperti saat ini, ukuran umumnya hanya sampai urusan popularitas
Penulis: Muhammad Zulfikar
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, M Zulfikar
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pemimpin berbeda dengan penguasa. Pemimpin berkaitan dengan perilaku yang meliputi integritas, kompetensi, rekam jejak (track record), prestasi, serta tanggung jawab.
Sementara penguasa, terutama di era demokrasi elektoral seperti saat ini, ukuran umumnya hanya sampai urusan popularitas.
Hal itu dikemukakan oleh bakal calon gubernur Jawa Tengah, Sudirman Said dalam acara studium general dengan tema 'Menyambut Kepemimpinan Baru di Jawa Tengah' di Universtas Jenderal Soedirman, Purwokerto, Sabtu (30/12/2017).
Di dunia profesional, menurut Sudirman, pemimpin mudah dicari sebab ukuran-ukuran kriterianya mudah diterapkan. Sementara di dunia politik, pemimpin sulit dicari.
“Di dunia politik sulit, ukurannya populer atau tidak. Dikenal rakyat atau tidak. Karena itu proses politik harus memfasilitasi orang-orang kompeten menjadi populer. Bukan sekedar memberi tempat orang populer,” kata Sudirman.
Baca: Ini Alasan Sandiaga Uno Tidak Pindahkan PKL Ke Blok G Pasar Tanah Abang
Untuk itu menurut Sudirman, penyelenggara pemilu, baik di pusat maupun daerah sangat berperan, parpol amat berperan, pengawas Pemilu amat berperan. Dan akhirnya civil society, termasuk aktivis mahasiswa berperan juga memberi tempat kepada orang kompeten untuk menjadi populer dan akhirnya bisa masuk menjadi penguasa melalui jalur politik.
“Kita harus mengembalikan harkat demokrasi dan politik dengan mengajak sebanyak mungkin orang baik masuk politik. Orang yang sudah selesai dengan diri sendiri. Bukan soal berapa kaya dan berapa tinggi jabatan tapi soal hati. Orang yang bisa mengatakan apa artinya cukup,” tandasnya.