Regenerasi Petani Mewujudkan Swasembada Demi Kesejahteraan Indonesia
Menangani krisis regenerasi petani Indonesia akan sangat ditentukan oleh suksesnya program land reform dan reforma Agraria yang dijalankan pemerintah
Editor: Eko Sutriyanto
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua Umum Dewan Pengurus Nasional Pemuda Tani Himpunan Kerukunan Tani Indonesia, Rina Saadah Adisurya mengatakan, krisis regenerasi petani sangat nyata dan mendesak dicarikan solusi.
Berkurangnya minat generasi muda untuk terjun dalam sektor pertanian telah mengakibatkan jumlah petani Indonesia berkurang secara signifikan setiap tahun.
"Harapan kesejahteraan petani melalui metode pengelolaan lahan dan harga jual produk pertanian yang bersaing akan menarik minat calon-calon petani muda Indonesia,' kata Rina dalam keterangan pers, Rabu (10/1/2018).
Menangani krisis regenerasi petani Indonesia akan sangat ditentukan oleh suksesnya program land reform dan reforma Agraria yang dijalankan pemerintah Jokowi-JK saat ini.
Kepemilikan tanah pertanian yang memadai menjadi faktor penentu petani menggapai impian kesejahteraan.
Jumlah kepemilikan lahan berkorelasi psositive dengan tingkat kesejahteraan petani karena makin berkurangnya lahan pertanian akibat alih fungsi lahan produktif menjadi area industri dan pemukiman akan semakin semakin menutup ruang partisipasi generasi muda dalam bidang pertanian.
"Di samping faktor kesejahteraan tentu karena akses kepemilikan tanah yang semakin sulit," katanya.
Baca: Moeldoko: Sektor Pertanian Memegang Andil Penting Dalam Perekonomian Suatu Negara
Regenerasi Petani Indonesia harus didorong dengan akses kepemilikan tanah petanian yang mudah kepada generasi muda.
"Selain itu fasilitas pertanian yang memadai dan mengikuti perkembangan teknologi modern juga akan meningkatkan minat menjadi petani," katanya.
Pemuda Tani HKTI sebagai komponen bangsa, terpanggil dan bertekad untuk berpartisipasi mendukung pemerintah dalam pembangunan sektor pertanian Indonesia.
"Peran strategis Pemuda Tani HKTI akan diwujudkan dalam berbagai program kerja Organisasi melalui upaya-upaya konsolidasi, pendampingan, pendidikan dan networking bagi petani dan usaha-usaha pertanian dari hulu hingga hilir," katanya.
Sehingga, kata dia penerapan teknologi, metode dan gaya “petani zaman now” berbasis teknologi yang tepat akan meningkatkan minat sekaligus mempermudah mewujudkan kesejahteraaan petani demi mewujudkan swasembada produk-produk pertanian Indonesia.
Sebagai Organisasi kepemudaan dibidang pertanian, Pemuda Tani HKTI akan menempuh “zaman now approach” sebagai program kerja organisasi dalam rangka mengajak dan meningkatkan partisipasi generasi muda untuk terlibat dan mencintai sekaligus menjadikan sektor pertanian sebagai jalan mencapai impian kesejahteraan.
Baca: Japfa Berkomitmen Dengan HKTI Untuk Menyerap Hasil Jagung Lokal
Pelantikan Dewan Pengurus Nasional (DPN) Pemuda Tani HKTI adalah langkah awal mengkonsolidasikan potensi pemudaIndonesia untuk berpartisipasi dan bangga menjadi petani karena mampu mewujudkan kesejahteraan sama dengan profesi lainnya.
Jumlah petani menurun secara drastis dari tahun ke tahun.
Data BPS tahun 2015 Jumlah petani Indonesia tersisa 37,75 juta orang dari 38,97 juta orang pada tahun 2014 dan 39,22 juta orang pada tahun 2013. Setiap tahun berkurang lebih 1 juta orang petani indonesia.
Persentase kepemilikan lahan pertanian bagi petani pun demikian, setiap tahun kepemilikan lahan pertanian dibawah setengah hektar per orang semakin tinggi.
Bahkan rata-rata kepemilikan lahan pertanian petani dari 37,5 juta orang jumlah petani Indonesia hanya mencapai 0,8 hektar/petani.
Angka ini jauh tertinggal dari kepemilikan lahan pertanian di negara tetangga seperti Jepang 1,5 hektare/petani, Korea Selatan 1,4 hektare/petani, Philipina 2 hektare/petani dan Thailand yang paling tinggi mencapai 3,2 hektare/petani.