Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Konflik Hanura Perburuk Elektabilitas Partai

Berdasarkan hasil survei yang dikeluarkan Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Partai Hanura hanya mencatat 0,7 persen.

Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Hendra Gunawan
zoom-in Konflik Hanura Perburuk Elektabilitas Partai
Warta Kota/henry lopulalan
Menkopolhukam sekaligus Ketua Dewan Pembina Partai Hanura Wiranto (kanan) berbincang dengan Ketua DPD sekaligus Ketua Umum Hanura Oesman Sapta (kiri) sebelum mengikuti upacara pelantikan Mensos, KSP, Wantimpres dan KSAU di Istana Negara, Jakarta, Rabu (17/1/2018). Di tengah konflik saling pecat antara Oesman dan Sekretaris Jenderal Hanura Sarifuddin Sudding, Wiranto menegaskan tidak akan ada Musnaslub untuk mengganti Oesman Sapta. Warta Kota/henry lopulalan 

Laporan Wartawan Tribunnews.com, Glery Lazuardi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Partai Hanura harus bekerja keras meningkatkan elektabilitas di Pemilihan Umum (Pemilu) 2019. Pasalnya, partai yang berdiri pada 2006 itu cenderung mengalami penurunan.

Berdasarkan hasil survei yang dikeluarkan Lingkaran Survei Indonesia (LSI), Partai Hanura hanya mencatat 0,7 persen. Padahal ambang batas parlemen sebesar 4 persen.

"Harus ada penguatan figur dan kinerja di lapangan. Pilkada 2018 bisa memanaskan mesin. Supaya mengembalikan kepercayaan publik," tutur peneliti LSI, Rully Akbar, kepada wartawan, Rabu (24/1/2018).

Melihat perjalanan, dia menilai Hanura bukan partai besar. Justru nama partai ramai diperbincangkan karena konflik internal antara kubu Daryatmo dan Oesman Sapta Odang.

Selain itu, kata dia, Hanura tidak mempunyai program besar yang mampu dijual kepada masyarakat sehingga mendongkrak elektabilitas partai.

"Bisa kita bilang Hanura bukan partai besar. Ekspos perpecahan semakin besar. Kalau perpecahan terus akan membuat nyungsep suara Hanura. Walaupun diakhiri islah, tetapi dengan posisi bisa membuat Hanura segmen menengah," kata dia.

Berita Rekomendasi

Sejak awal berdirinya partai, sosok Wiranto memang tak bisa dilepaskan. Namun, tingkat kepopuleran dari Mantan Panglima ABRI itu masih kalah dibandingkan Prabowo Subianto, Megawati Soekarno Putri, dan Susilo Bambang Yudhoyono.

Apalagi, Wiranto cukup sering maju di pemilihan calon presiden-calon wakil presiden. Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan itu sudah dua kali maju di bursa capres-cawapres.

Pada 2004, Wiranto melaju sebagai kandidat presiden bersama pasangan kandidat wakil presiden, Salahuddin Wahid. Sementara itu pada 2009, dia menjadi calon wakil presiden mendampingi Jusuf Kalla. Sayang, di dua kesempatan itu Wiranto kalah.

"Pemilih cukup bosan dengan nama Wiranto karena ikut kontestasi pemilu. Tetapi sebagai salah satu figur besar dia masih mengandalkan Wiranto. Walau figur utama Hanura tidak sebesar Prabowo, Mega, SBY," tambahnya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas