Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Fenomena 'Super Blue Blood Moon' Langka, Warga Diimbau Ikut Observasi Selain Menikmati

"Kami mengimbau, manfaatkan fenomena langka ini untuk observasi pengamatan (demi) kepentingan ilmiah, selain (menikmati) keindahan,"

Penulis: Ruth Vania C
Editor: Adi Suhendi
zoom-in Fenomena 'Super Blue Blood Moon' Langka, Warga Diimbau Ikut Observasi Selain Menikmati
(Curious Mind Magazine)
Penampakan fenomena super blood moon. (Curious Mind Magazine) 

Laporan wartawan Tribunnews.com, Ruth Vania

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Selain menikmati penampakannya, warga Indonesia juga diimbau untuk ikut mengobservasi fenomena 'super blue blood moon' pada akhir Januari 2018.

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati, Senin (29/1/2018), di Jakarta, mengingatkan bahwa fenomena gerhana bulan langka akan terjadi pada 31 Januari.

Disebut langka lantaran gerhana bulan total terjadi bertepatan dengan fenomena ‘supermoon’ dan ‘blue moon’.

Baca: Puan Maharani: Negara 80 Persen Telah Hadir di Asmat

Baca: Pengemudi Taksi Daring Tetap Berorasi di Kantor Kemenhub Meski Diguyur Hujan

Sehingga disebut sebagai fenomena 'super blue blood moon'.

Berita Rekomendasi

‘Super blue blood moon’ merupakan sebuah fenomena yang belum pernah terjadi sejak 150 tahun lalu.

Dwikorita memastikan, proses 'super blue blood moon’ kali ini akan dapat diamati dari Indonesia secara jelas.

Masyarakat diminta agar memanfaatkan kesempatan pada akhir Januari nanti untuk menikmati momen langka 'super blue blood moon’, juga mengamatinya untuk keperluan ilmiah.

Baca: Saat Ketua KPU dan Bawaslu Naik Motor Patwal Untuk Verifikasi Faktual Partai Politik

Baca: Sepasang Pengantin Menikah di Toilet Setelah Sang Ibu Tiba-tiba Sakit

"Kami mengimbau, manfaatkan fenomena langka ini untuk observasi pengamatan (demi) kepentingan ilmiah, selain (menikmati) keindahan," jelas Dwikorita.

Jika dilihat dari Indonesia, secara keseluruhan, peristiwa gerhana dari fase awal hingga akhir akan terjadi selama sekitar enam jam, mulai pukul 17.00 WIB sampai 23.00 WIB.

Saat bulan terbit dan berada pada fase purnama sekitar pukul 20.30 WIB, gerhana bulan total akan berada pada fase puncak.

Baca: Miryam Sempat Mencari-cari Irman Jelang Anggota DPR Reses

Peristiwa tersebut akan berlangsung kurang lebih 77 menit, di mana masyarakat di seluruh wilayah Indonesia akan melihat bulan berubah warna menjadi merah.

“Sebagaimana terlihat pada peta, keseluruhan proses gerhana dapat diamati di Samudera Pasifik, serta bagian timur Asia, Indonesia, Australia, dan barat laut Amerika,” kata Dwikorita.

Di Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan seluruh provinsi Sumatera, fase gerhana mulai (P1) dan gerhana sebagian mulai (U1) akan dapat terlihat jelas karena terjadi tepat di atas wilayah-wilayah tersebut.

Gerhana bulan adalah peristiwa ketika terhalanginya cahaya matahari oleh bumi, sehingga tidak semuanya sampai ke bulan.

Sebelumnya, gerhana bulan total yang sama pernah terjadi 18 tahun lalu, tepatnya pada 21 Januari 2000.

Gerhana serupa akan muncul lagi dalam jangka waktu yang sama di masa mendatang, yaitu 11 Februari 2036.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas