Cerita Menegangkan Saat Jokowi dan Para Menteri Berkunjung ke Afghanistan
Pramono menceritakan secara detail perjalanan Jokowi berserta rombongan ke negara yang sedang terjadi aksi teror bom tersebut.
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Hasanudin Aco
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - "Ini adalah kunjungan yang mendebarkan," ucap Sekretaris Kabinet Pramono Anung saat menceritakan kunjungan Presiden Joko Widodo ke Afghanistan di komplek Istana Negara, Jakarta, Rabu (31/1/2018).
Pramono menceritakan secara detail perjalanan Jokowi berserta rombongan ke negara yang sedang terjadi aksi teror bom tersebut.
Kunjungan ke Afghanistan, menurut Pramono, sudah direncanakan dan merupakan rangkaian kunjungan ke beberapa negara, setelah Srilangka, India, Pakistan, dan Bangladesh.
Sebelum memutuskan ke Afghanistan, Pramono bersama Menteri Luar Negeri Retno Marsudi selalu berkonsultasi dengan Jokowi karena negara yang akan dikunjungi sedang terjadi aksi peledakan bom secara bertubi-tubi dalam satu minggu, bahkan paginya sebelum Jokowi mendarat terjadi serangan di akademi militer.
"Pada waktu itu, kami laporkan kepada presiden mengenai kondisi dan laporan intelejen, dan Presiden tetap menyampaikan saya akan berkunjung ke Afghanistan dengan kondisi apapun," ucap Pramono.
Baca: Penjelasan Jokowi Jadi Imam Salat Saat ke Afghanistan
Promono menjelaskan, Presiden bersama rombongan mendarat di Bandara Internasional Hamid Karzai, Kabul, Afganistan, sekitar pukul 11.40 waktu setempat, yang disambut oleh Wakil Presiden Afghanistan bersama para menterinya.
"Kemudian dilakukan bilateral meeting singkat sebelum bertemu dengan Presiden (Afghanistan)," ucap Pramono.
Setelah itu, Jokowi menuju Istana Presiden Arg, tanpa menggunakan kendaraan lapis baja yang disediakan pemerintah Afghanistan, tetapi Jokowi lebih memilih menggunakan mobil Mercedez Benz yang telah didesain sebagai kendaraan antipeluru.
"Perjalanan ke Istana itu kurang lebih 10 menit, walaupun sebenarnya jaraknya hanya 5,8 kilo meter, tetapi sepanjang jalan memang beton, alat lapis berat, dua helikopter, dan ada balon udara yang memantau," tuturnya.
Sesampainya di Istana, Jokowi langsung disambut dengan Presiden Afghanistan Ashraf Ghani dan berlangsung acara pertama yaitu mengumandangkan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan Afghanistan.
Acara penyambutan selesai, Presiden Jokowi melanjutkan ke agenda selanjutnya yaitu melakukan pertemuan empat mata yang didampingi oleh menteri luar negeri kedua belah pihak, dengan topik pembahasan hal-hal yang tidak terekspos ke publik.
"Setelah itu, Presiden melakukan bilateral meeting, yang dihadiri delegasi resmi kedua belah pihak kurang lebih 45 menit, pembicaraannya kurang lebih mengenai proses perdamaian Afghanistan, hubungan ekonomi, dan sebagainya," papar Pramono.
Salat Bukan Pencitraan
Setelah selesai melakukan pertemuan bilateral, waktu menunjukkan telah memasuki salat Zuhur, dimana Jokowi diajak oleh Presiden Afghanistan untuk ke Masjid yang berada di lingkungan Istana.
"Sebelum salat Zuhur, Presiden mendapatkan kehormatan menerima pakaian yang dikenakan Presiden saat sholat Zuhur dan Presiden Jokowi juga memberikan kopiah yang disiapkan dari Jakarta sesuai dengan ukuran kepala Presiden Afghanistan," papar Pramono.
Seusai saling menukar antar presiden, salat berjamaah dilakukan, pertama melakukan salat Zuhur yang menjadi imamnya adalah imam besar Afghanistan.
Salat Zuhur selesai, Presiden Jokowi meminta izin kepada Presiden Afghanistan dan imam besar untuk melakukan salat jamak ashar tagdim.
"Nah ketika Presiden mempersilakan dubes ataupun yang lain, bahkan ruan rumah untuk menjadi imam, Presiden (Afghanistan) dan imam besar mempersilakan presiden Jokowi menjadi imam, jadi presiden memimpin imam untuk sholat jamak ashar taqdim, dua rakaat," papar Pramono.
Pramono menjelaskan, foto yang beredar saat ini ada dua peristiwa, pertama sholat Zuhur yang imamnya adalah imam besar Afghanistan dan kedua, salat jamak Ashar taqdim yang imamnya adalah Presiden Jokowi.
"Dan ini tidak ada urusannya pencitraan, dan presiden terus terang dan saya yang sering mengikuti, dimanapun kalau bisa salat pasti salat, untuk salat Ashar waktu itu karena waktunya tidak mungkin menunggu maka di jamaklah oleh beliau (Presiden)," ujar Pramono.
Sehabis salat bersama, dilakukan konfrensi pers di Istana yang berlangsung sekitar 30 menit dan dilanjutkan bertemu dengan High Peace Council (HPC) yang merupakan perekat perdamaian di Afghanistan.
"Presiden (Jokowi) menjadi inisiator pertemuan ulama Afghanistan, ulama Indonesia, dan ulama Pakistan untuk mencari jalan keluar jalan keluar proses perdamaian," papar Pramono.
Sesudah pertemuan itu, Jokowi bersama rombongan melaksanakan makan siang dan disela-sela waktu, Presiden Jokowi mendapatkan medali tertinggi karena dianggap memiliki keberanian untuk menjadi inisiator perdamaian di Afghanistan.
Diketahui Afghanistan sudah lama sekali tidak pernah kedatangan kepala negara atau kepala pemerintahan dan Jokowi menjadi presiden Indonesia kedua yang berkunjung ke negara tersebut, setelah Presiden Soekarno pada Mei 1961.
Jokowi Tolak Gunakan Rompi Antipeluru
Setelah makan siang dan pemberian medali, Presien dan rombongan kembali ke bandara untuk pulang ke Indonesia, dimana pesawat lepas landas sekitar pukul 17.30 waktu setempat.
"Jadi presiden di Afghanistan kurang lebih 6 jam, ini adalah kunjungan yang mendebarkan, ketika masih diatas pesawat (saat datang) semua sudah siap dengan rompi antipeluru, tapi begitu presiden tidak berkenan memakai rompi, kita semua melepasnya, yang memakai hanya Paspampres," tutur Pramono.
Pramono menjelaskan, selama kunjungan ke Afghanistan, Presiden dan rombongan selalu berzikir, berdoa, dan membaca surat Al-Fatihah.
"Maka begitu selesai masuk pesawat, Danpaspampres dan Ibu Menlu spontan berdua sujud syukur dan kebetulan di hadapan saya, saya ambil fotonya," ucap Pramono.