Jokowi: Indonesia Bisa Jadi Pemimpin Negara Muslim
“Saya yakin kita bisa menjadi rujukan kemajuan bagi negara-negara muslim," kata Jokowi
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Seno Tri Sulistiyono
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mengingatkan, Indonesia sudah masuk negara besar ekonominya dan menjadi bagian negara Group 20 (G-20).
Oleh sebab itu, Presiden meminta kepada jajarannya jangan lagi mencari-cari bantuan, tetapi harus mulai membantu negara yang membutuhkan.
"Saya sudah sampaikan kemarin pada duta-duta besar, jangan lagi mencari bantuan-bantuan, jangan lagi seperti ini. Kita Justru harus mulai membantu, jangan meminta- meminta bantuan. Harus memulai seperti itu," kata Jokowi yang dilansir dari lama Sekretaris Kabinet, saat pembukaan Kongres ke-30 HMI, di Universitas Pattimura, Ambon, Maluku, Rabu (14/2/2018).
“Saya yakin kita bisa menjadi rujukan kemajuan bagi negara-negara muslim. Bahkan saya meyakini, insha Allah bisa menjadi pemimpin negara-negara muslim apabila ekonomi kita baik dan ekonomi kita kuat. Yakin kita bisa, yakin usaha sampai,” lanjutnya.
Sebagai negara muslim terbesar di dunia, negara demokratis ketiga terbesar di dunia dan sebagai satu-satunya negara ASEAN yang masuk ekonomi besar dunia G-20, Jokowi yakin Indonesia punya modal besar sebagai pemimpin.
“Saya yakin Indonesia bisa berbuat banyak. Islam Indonesia adalah yang moderat, yang toleran, yang modern, yang terbuka untuk kemajuan,” ujar Presiden.
Presiden mengingatkan, Indonesia punya Pancasila sebagai ideologi pemersatu dan sudah punya banyak bukti-bukti bahwa Nusantara kokoh bersatu, serta negara muslim yang sukses berdemokrasi terbuka untuk kemajuan Negeri.
“Jangan lupa kita punya Insan-insan yang hebat, insan akademis, insan pencipta, insan pengabdi, insan yang bernafaskan Islam, insan yang memperjuangkan keadilan,”ucap Jokowi.
Tingkatkan Kualitas SDM
Namun Jokowi mengingatkan, bahwa upaya mengukuhkan kebangsaan dan membangun Indonesia yang berkeadilan pasti tidak berada dalam ruang yang hampa.
“Kita berada di era globalisasi yang penuh kompetisi, penuh persaingan. Kita tidak bisa membendung Inovasi dan teknologi yang terus berkembang. Kita berada di dunia yang bergerak dinamis, bergerak sangat cepat,” kata Jokowi.
Ia menunjuk revolusi industri 4.0 yang sedang berlangsung harus diantisipasi secara serius.
Digitalisasi, computing power, dan data analytics, diakui Jokowi, telah melahirkan terobosan-terobosan yang mengejutkan di berbagai bidang, yang mengubah landscape ekonomi, politik dan interaksi sosial budaya, baik di tingkat global, di tingkat nasional maupun nanti menuju ke daerah-daerah.
“Inilah perkembangan-perkembangan yang harus kita ikuti dan kita antisipasi. Peluang-peluang besar tersebut harus juga kita manfaatkan, memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memberantas kemiskinan, mengurangi ketimpangan, menciptakan peluang kerja, mengembangkan wirausaha wirausaha baru, serta untuk melayani semua warga negara secara berkeadilan di seluruh tanah air,” kata Presiden.
Untuk itu, Jokowi menegaskan, tidak ada jalan lain harus meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) untuk menciptakan insan-insan yang sehat, berakhlak mulia, bermoralitas tinggi, berdaya juang demi kemanusiaan dan kemajuan Indonesia serta Insan pembelajar yang cerdas, yang inovatif, dan solutif.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.