Sang Putra Akui Ada Gerakan Lobi-lobi Para Ulama untuk Bebaskan Baasyir
Abdul Rochim Baasyir mengungkapkan ada gerakan lobi-lobi ke pemerintah dari para alim ulama untuk pembebasan Ustaz Abu Bakar Baasyir.
Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Putra Pimpinan Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) Ustaz Abu Bakar Baasyir, Abdul Rochim Baasyir mengungkapkan ada gerakan lobi-lobi ke pemerintah dari para alim ulama untuk pembebasan ayahnya.
Sejauh ini, kabar yang diterima, lobi tersebut berjalan intensif.
"Memang ada lobi-lobi dari para ulama untuk pembebasan beliau (Abu Bakar Baasyir). Cukup intensif kabarnya," kata dia saat dihubungi Tribun, Jakarta, Senin (26/2/2018).
Lobi-lobi tersebut lanjut Abdul sudah sampai tahap ingin bertemu dengan Presiden Joko Widodo untuk pembahasan pembebasan tokoh yang disebut-sebut sebagai pimpinan tertinggi kelompok Jamaah Islamiyah itu.
Namun begitu, hingga saat ini, belum ada hasil yang signifikan dari gerakan yang diinisiasi oleh para ulama.
Baca: Abu Bakar Baasyir Harus Pakai Kaus Kaki Ketat untuk Mencegah Pembengkakan Bertambah Parah
Keluarga, menurutnya, saat ini masih percaya atas langkah yang sedang dijalankan.
"Kami masih percaya kalau bisa berhasil," ujar Abdul Rochim.
Alasannya, saat ini sudah tidak ada lagi langkah hukum yang bisa dilakukan tim pengacara dan keluarga.
Pasalnya, Mahkamah Agung sudah menolak langkah peninjauan kembali (PK) atas kasus yang menjerat Abu Bakar Baasyir.
Dengan begitu, langkah lainnya, adalah bertemu dengan presiden untuk pembebasan.
Asal bukan grasi, Baasyir diyakini olehnya, akan menerima putusan pemerintah.
"Kalau grasi, berarti beliau sepakat atas kesalahannya. Beliau pasti tidak mau. Selama ini kan, beliau tidak mengakui jalannya proses hukum yang berjalan," katanya.
Diketahui, sejumlah dakwaan yang diarahkan kepada Baasyir antara lain permufakatan jahat, merencanakan, menggerakkan, hingga memberikan atau meminjamkan dana untuk kegiatan pelatihan militer kelompok terorisme di Aceh Besar.
Baca: Perusahaan Jepang Diminta Sampaikan Permintaan Maaf kepada 400 Peserta Ujian Keperawatan Nasional
Pendiri Pondok Pesantren Ngruki, Surakarta, Jawa Tengah itu beberapa kali berurusan dengan penegak hukum.
Pada 2004 dia diganjar hukuman dua tahun enam bulan penjara oleh PN Jaksel karena terbukti bersalah melakukan permufakatan jahat atas keterlibatannya dalam peristiwa bom Bali dan bom Hotel JW Marriott.
Belakangan, Mahkamah Agung membebaskan Ba'asyir pada Juni 2006.
Setelah bebas dia kemudian mendirikan Jamaah Asharut Tauhid pada tahun 2008, yang mencita-citakan kepemimpinan Islam.
Di Nusakambangan, Ba'asyir mengatakan mendukung gerakan pembentukan kelompok ISIS.
Pada 2014, dia meminta kepada para pengikutnya untuk mendukung ISIS. (Tribun Network/amriyono/wly)