Pengakuan Perempuan Bercadar di Indonesia "Ada yang Bilang Saya Maling, Pernah Saya Dilempari Botol"
Cadar menjadi perbicangan dalam beberapa hari terakhir setelah UIN Kalijaga di Yogyakarta melarang mahasiswi mengenakannya di lingkungan kampus.
Editor: Hasanudin Aco
"Itu mungkin yang membuat orang-orang berpandangan negatif terhadap perempuan yang memakai cadar," katanya.
Pengaruh demokratisasi dan keterbukaan
Pengamat dari Universitas Indonesia, Hurriyah, mengatakan makin banyaknya kaum perempuan di Indonesia yang bercadar tak dilepaskan dari proses demokratisasi yang berkembang.
"Ketika sistem politik lebih terbuka, munculnya kelompok-kelompok yang mengekspresikan keagamaannya secara lebih beragam itu menjadi hal yang wajar," kata Hurriyah.
Faktor kedua, kata Hurriyah, adalah aspek penerimaan sosial dari masyarakat. Perkembangan Islam di Indonesia saat ini sangat dinamis, sementara di sisi lain informasi baik dari dalam maupun luar negeri terbuka sangat luas.
"Nah ini juga memberikan pengaruh. Ini membuat orang menjadi makin terbiasa dengan berbagai macam ekspresi keagamaan, termasuk pemakaian cadar," urai Hurriyah.
Ia memberi contoh grup Niqab Squad yang ada di Facebook, yang mewadahi kegiatan Muslimah bercadar. Pada tahap awal, anggotanya sekitar 150 orang, kini dilaporkan mencapai lebih dari 3.000.
"Jadi, orang makin nyaman mengekspresikan keagamaan mereka," katanya.
Dan ini bukan hanya soal cadar. Ia melihat orang-orang sekarang makin nyaman mengekspresikan untuk hal-hal lain.
Hurriyah tidak setuju dengan pandangan bahwa makin banyaknya kaum perempuan yang bercadar menunjukkan Indonesia 'makin konservatif'.
"Gejala ke-Islaman di Indonesia sangat beragam. Tren sekarang ini orang lebih terbuka memperlihatkan religiusitas mereka."