Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Muhammadiyah Tetapkan Awal Puasa pada 17 Mei

Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan awal puasa atau 1 Ramadan 1439 Hijriyah/ 2018 Masehi pada Kamis, 17 Mei.

Editor: Fajar Anjungroso
zoom-in Muhammadiyah Tetapkan Awal Puasa pada 17 Mei
WARTA KOTA/ANGGA BHAGYA NUGRAHA
Anggota Lajnah Falakiiyah PBNU tengah meneropong matahari untuk melihat Rukyah Hilal di Gedung Season City, Tambora, Jakarta Barat, Senin (8/7/2013). Hilal tersebut untuk menentukan awal puasa bagi umat Islam. Warta Kota/angga bhagya nugraha 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Pimpinan Pusat Muhammadiyah menetapkan awal puasa atau 1 Ramadan 1439 Hijriyah/ 2018 Masehi pada Kamis, 17 Mei.

Ini merujuk hasil perhitungan astronomi atau hisab yang dipedomani Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Sebagaimana maklumat yang diterima di Jakarta, Selasa, Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, mengatakan, penetapan soal 1 Ramadan itu agar dapat menjadi panduan bagi warga Muhammadiyah.

Panduan itu penting bagi warga Muhammadiyah untuk menyambut bulan suci Ramadan 1439 Hijriyah dan hari besar keagamaan lain.

Berdasarkan maklumat itu, 1 Syawal atau hari Idul Fitri 2018 jatuh pada Jumat, 15 Juni. Kemudian 1 Zulhijah tahun ini bertepatan dengan Senin, 13 Agustus.

Dengan begitu, Hari Arafah atau 9 Zulhijah bersamaan dengan Selasa, 21 Agustus.

Hari Arafah sendiri menjadi acuan umat Muslim untuk melaksanakan puasa sunah Arafah sebelum Idul Adha.

Berita Rekomendasi

Selanjutnya, Idul Adha 10 Zulhijah jatuh pada Rabu, 22 Agustus.

Muhammadiyah sendiri dikenal mengeluarkan penetapan awal puasa, hari Idul Fitri dan Idul Adha mendahului keputusan pemerintah.

Alasannya, Muhammadiyah memiliki metode tersendiri dalam menetapkan hari besar keagamaan yaitu dengan perhitungan pasti ilmu astronomi atau falak.

Lembaga dalam Muhammadiyah yang membidangi perhitungan astronomi penanggalan hari besar keagamaan Islam adalah Majelis Tarjih dan Tajdid PP Muhammadiyah.

Sementara itu, pemerintah menetapkan hari besar keagamaan Islam setelah melakukan sidang isbat atau penetapan yang diikuti sejumlah ormas dan perwakilan instansi, termasuk Muhammadiyah.

Baca: Alasan Datsun Redi-GO Enggak Mungkin Dipasarkan di Indonesia

 Sidang isbat mempertimbangkan hasil perhitungan hisab dan juga menggunakan metode melihat bulan (rukyat). Keduanya dipadupadankan untuk menjadi landasan penetapan hari besar keagamaan Islam.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah, Abdul Mu'ti, dalam banyak kesempatan, kerap meminta pengertian masyarakat umum untuk saling menghargai metode penetapan hari besar keagamaan.

Baik pemerintah maupun Muhammadiyah, kata dia, memiliki dasar argumen yang kuat untuk penetapan hari keagamaan, seperti untuk menetapkan awal puasa dan lebaran.

Sumber: Warta Kota
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas