Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Anis Matta: Ancaman Perang Global Makin Nyata

Menurut Anis, konflik dan perang di Timur Tengah kini memasuki tahun kedelapan.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Anis Matta: Ancaman Perang Global Makin Nyata
Tribunnews/Herudin
Anis Matta 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ancaman perang global perlahan tapi pasti semakin nyata.

Sejumlah fakta kian kasat mata. Setidaknya sejak 2010, hanya dua tahun setelah krisis ekonomi dunia 2008, tensi percaturan geopolitik global meningkat tajam.

Hal itu dikatakan pengamat politik internasional, Anis Matta, Sabtu (7/4/2018).

"Ancaman perang global itu terlihat sejak terjadinya konflik dan perang regional di kawasan Eropa, Timur Tengah, dan Asia Pasifik. Kemudian kembalinya era perlombaan senjata, meningkatnya anggaran belaja militer, rusaknya hubungan diplomatik ingga ancaman perang terbuka," katanya.

Anis mengatakan, ketegangan regional di Eropa terjadi dalam hubungan Rusia versus Eropa-Amerika Serikat pada mulanya dipicu sengketa Krimea antara Rusia dan Ukraina pada 2014.

Baca: Anis Matta: Indonesia Bisa Kembali Menjadi Pemimpin Asean

Ketegangan itu berlanjut dengan sanksi ekonomi atas Rusia.

BERITA TERKAIT

"Rusia semakin dicap “bad boy” karena dituduh menintervensi pilpres Amerika 2016 dan melakukan upaya pembunuhan double agent Rusia di Inggris yang berujung pengusiran diplomat dari masing-masing negara,"katanya.

Sementara itu, menurut Anis, konflik dan perang di Timur Tengah kini memasuki tahun kedelapan setelah Arab Spring, akhir 2010, dan kontra-Arab Spring yang terjadi pertengahan 2013, dan belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir.

" Yang lebih membahayakan dalam konflik itu adalah keterlibatan kekuatan militer dunia, seperti AS, Eropa, Rusia dan China, kekuatan regional yang juga besar seperti Turki, Iran dan Saudi Arabia, serta kekuatan “non-state” dengan berbagai alirannya," katanya.

Sedangkan di Asia Pasifik, menurut Anis, tengah memanasnya situasi di Laut China Selatan yang melibatkan lima negara, yaitu China (termasuk Taiwan), Vietnam, Brunei Darussalam, Filipina dan Indonesia.

"Hotspot lain di Asia terdapat di Semenanjung Korea yang menjadi proxy bagi dua kekuatan lama yang berseteru, yaitu AS dan Rusia, yang mewakili dua kepentingan ideologis yang berbeda. Kawasan ini juga terkoyak oleh konflik lokal seperti di Rohingya dan potensi ISIS di Filipina," katanya.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di

Wiki Populer

© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas