Intrans: Inkonsistensi soal Capres Bisa Meruntuhkan Elektabilitas Partai Oposisi
Saiful mengakui sulit untuk tidak mengusung Prabowo, bahkan pun jika Prabowo sendiri yang berkeinginan untuk tidak maju.
Editor: Hasanudin Aco
"Akibatnya elektabilitas Partai-partai oposisi akan menurun, karena publik melihat elit partai menunjukkan inkonsistensi dan hanya memikirkan diri sendiri," ujarnya.
Di beberapa Pilkada, lanjut Saiful, inkonsistensi dalam memilih Calon Kepala Daerah dan memilih koalisi berkibat fata pada elektabilitas Parpol saat Pileg tiba.
"PDIP sudah menyadari lebih dulu, elektabilitas mereka akan anjlok jika tidam mengusung Jokowi," katanya.
Partai Demokrat pernah mengalami ini pada Pemilu 2014. Nama SBY sudah melekat dengan Demokrat, namun inkonsistensi dan ketidaktegasan Partai saat itu harus dibayar dengn elektabilitas yang terjun bebas.
"Memang Parpol oposisi harus benar-benar mengitung, bersama Prabowo, mungkin akan kalag di Capres, tapi mereka terutama Gerindra akan mendulang suara di pileg," katanya.
"Minimal suara mereka tidak akan tergerus akibat kehilangan kredibilitas dalam memilih Capres. Atau jika tetap nekad mengusung Capres lain, kemungkinan menang di Pilpres juga belum bisa dipastikan, namun yang pasti akan banyak kehilangan suara di Pileg," lanjut Saiful.
Bagi PAN dan PKS tentu berbahaya, lanjut Saiful, mengingat PT tahun 2019 sudah naik menjadi 4%.
"Selain belum tentu mampu mengalahkan Jokowi, bersama Prabowo peluang memenangkan Pilpres dan Pileg bersamaan juga bukan hal yang mustahil," katanya.