Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

66 Tahun Kopassus, Ini Kisah Si Baret Merah Permalukan Pasukan Elit Inggris SAS di Kalimantan

Pasukan elit TNI, Kopassus atau Komando Pasukan Khusus, merayakan hari jadinya yang ke-66, Senin (16/4/2018).

Editor: Aji Bramastra
zoom-in 66 Tahun Kopassus, Ini Kisah Si Baret Merah Permalukan Pasukan Elit Inggris SAS di Kalimantan
montase berbagai sumber
Kopassus (kanan), di tahun 1964 pernah terlibat perang langsung menghadapi pasukan elit Inggris, SAS di belantara Kalimantan. 

TRIBUNNEWS.COM - Pasukan elit TNI, Kopassus atau Komando Pasukan Khusus, merayakan hari jadinya yang ke-66, Senin (16/4/2018).

Sejak didirikan 16 April 1952, tak terhitung banyaknya misi Kopassus yang jarang diketahui.

Satu di antaranya, adalah misi Kopassus di Kalimantan pada 1964, sebagaimana dikutip Tribunnews dari Intisari :

Antara tahun 1961-1966 meletus konfrontasi Indonesia dan Malaysia yang kemudian memicu konflik bersenjata di perbatasan baik berupa penyusupan pasukan gerilya maupun pasukan reguler. 

Tindakan militer untuk menggempur Malaysia pun dikumandangkan oleh Presiden Sukarno  di depan rapat raksasa di Jakarta pada 3 Mei 1964.

Presiden Sukarno lalu mengumumkan perintah Dwi Komando Rakyat (Dwikora).

Poin pertama Dwikora adalah pertinggi ketahanan revolusi Indonesia. 

Berita Rekomendasi

Kedua bantu perjuangan revolusioner rakyat Malaya, Singapura, Serawak, dan Sabah untuk menghancurkan Malaysia.

Komando tempur Dwikora dipercayakan kepada Panglima Angkatan Udara Laksamana Madya Omar Dhani yang menjabat sebagai Panglima Komando Siaga (KOGA). 

Sementara tugas yang dibebankan kepada KOGA adalah mempersiapkan operasi militer terhadap Malaysia

Sebagai Panglima KOGA, Omar Dhani bertanggung jawab langsung kepada Panglima Tertinggi ABRI/KOTI, Presiden Soekarno. 

Tapi sebelum KOGA dibentuk  aksi penyusupan yang dilancarkan oleh sukarelawan Indonesia sudah berlangsung cukup lama. 

Operasi penyusupan yang digelar Indonesia ke wilayah perbatasan Malaysia sesungguhnya merupakan operasi yang berbahaya.

Pasalnya, musuh yang dihadapi  merupakan pasukan reguler terlatih dan berpengalaman di berbagai medan perang. 

Militer Malaysia yang didukung Inggris dan negara-negara persemakmuran seperti Selandia baru serta Australia tidak bisa dihadapi oleh pasukan gerilya yang menyamar dan menggunakan persenjataan terbatas. 

Gerilyawan Indonesia yang terdiri dari para sukarelawan bahkan harus menghadapi pasukan Gurkha dan SAS Inggris yang sudah sangat berpengalaman dalam pertempuran hutan. 

Selain itu, garis perbatasan Malaysia-Indonesia yang panjangnya sekitar 1000 km juga tidak mungkin hanya diamankan oleh pasukan gerilya. 

Kondisi itu mungkin tidak terpikirkan oleh Presiden Sukarno yang sedang bersemangat, setelah sukses merebut Irian Barat lewat Trikora. 

Risau

Bagi Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal Achmad Yani, kondisi medan tempur di perbatasan itu sangat merisaukannya.

Meski, TNI AD sudah mengirim Batalyon II RPKAD  (nama satuan Kopassus saat itu)  untuk mengamankan perbatasan. 

Seperti dilansir dari buku Benny Moerdani : Tragedi Seorang Loyalis, Letjen Ahmad Yani kemudian memanggil personel andalan RPKAD yang sukses memimpin perang gerilya di Irian Barat, Mayor Benny Moerdani. 

Tugas yang dibebankan kepada Benny adalah segera berangkat ke Kalimantan Utara dan mengorganisasi cara menangkal aksi penyusupan pasukan Inggris. 

Karena tugas Benny merupakan misi rahasia, Benny berangkat tidak menggunakan identitas prajurit Kopassus.

Benny, yang berangkat langsung dari Cijantung, juga hanya membawa tim kecil. 

Tujuan operasi penyusupan tim kecil Benny adalah mengamati rute-rute penyerbuan yang nantinya bisa dipakai oleh induk pasukannya.

Kawasan yang pertama kali menjadi daerah operasi Benny dan timnya di Kalimantan Utara adalah sebuah dusun kecil yang berlokasi di seberang perbatasan Serawak-Kalimantan Barat. 

Setelah sesuai dengan sasaran yang diserbu oleh RPKAD dan satuan lainnya pasukan kecil Benny terus melaksanakan tugas secara berpindah-pindah. 

Selama melaksanakan misi pengintaian dan penyusupan di perbatasan,Benny meskipun pada saat itu ABRI (nama TNI ketika itu) sudah secara terang-terangan membantu gerilyawan TNKU, harus melaksanakan taktik penyamaran. 

Sesuai kebijakan yang diambil pimpinan TNI masa itu, Benny memperoleh identitas baru sebagai seorang sukarelawan dan memakai seragam TNKU. 

Nama yang tertulis di kartu anggota TNKU tetap Moerdani, tapi dia dijadikan warga masyarakat Kalimantan Selatan, kelahiran Muarateweh, kota kecil yang berada di tepi Sungai Mahakam.

Bersama personel TNKU yang dipimpinnya, Benny kemudian mulai melancarkan perang gerilya terhadap pasukan Inggris. 

Pasukan TNKU yang berintikan prajurit RPKAD alias Kopassus yang sudah berpengalaman tempur itu pun langsung menunjukkan kehebatan mereka.

Tak peduli, musuh yang dihadapi merupakan pasukan khusus SAS, pasukan elit yang begitu dibanggakan Inggris. 

Dalam suatu serangan penyergapan di pedalaman Kaltim yang berhutan lebat, pasukan gerilya TNKU berhasil menawan satu orang musuh, menembak mati satu orang lagi, sementara dua musuh berhasil melarikan diri.

Peristiwa tertawannya satu anggota pasukan SAS itu segera disampaikan kepada Letjen Ahmad Yani. 

Karena merupakan  peristiwa sangat penting, anggota SAS yang tertawan dan terluka cukup serius itu segera diperintahkan oleh Ahmad Yani untuk dikirim ke Jakarta guna kepentingan propaganda. 

Bukti adanya pasukan SAS yang tertawan jelas akan membuat pemerintah Inggris mengambil sikap terhadap kebijakan militernya di perbatasan Kalimantan-Malaysia. 

Tapi karena kurangnya alat transportasi dan sarana kesehatan, anggota SAS yang tertawan ternyata sudah meninggal sebelum dikirim ke Jakarta. 

Mayat anggota SAS itu akhirnya terpaksa dikuburkan di tengah hutan Kalimantan, dan hanya dog tag (tanda pengenal di kalung) dan persenjataannya yang dikirim ke Jakarta sebagai barang bukti. (*)

Artikel ini sebelumnya tayang di Intisari dengan judul : Kopassus Pernah Bikin Gempar Dunia, Kalahkan dan Tawan Pasukan Elite SAS Inggris di Kalimantan

Sumber: Intisari
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas