Presiden ACT: Krisis Pengungsi Dunia Sudah Didesain
Ahyudin menegaskan hampir seratus persen kejadian krisis pengungsi yang terjadi di dunia didesain oleh para pemangku kekuasaan.
Penulis: Rizal Bomantama
Editor: Sanusi

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Presiden Aksi Cepat Tanggap (ACT) Ahyudin menegaskan hampir seratus persen kejadian krisis pengungsi yang terjadi di dunia didesain oleh para pemangku kekuasaan.
Ia mengatakan bahwa hampir seratus persen kejadian krisis pengungsi itu disebabkan oleh perang.
“Krisis pengungsi di dunia adalah ‘by design’ dan ‘by scenario’ serta bersifat struktural diciptakan, dikehendaki oleh para penguasa dunia. Kalau kita lihat seberapa pun besarnya bencana alam tidak menimbulkan pengungsi permanen tetapi yang menimbulkan adalah peperangan,” ujarnya saat menjadi pembicara dalam Ambassador Talks yang digelar di Ruang Rapat Pleno Fraksi PKS DPR RI, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (17/4/2018).
“Saya tidak yakin tidak akan timbul peperangan di dunia karena persaingan antarnegara saat ini memperlihatkan hal itu,” ucapnya.
Baca: FPTI Kirim 16 Atlet Kategori Speed di Tiga Kejuaraan Dunia
Oleh karena itu Ahyudin mengatakan untuk mencegah skenario pengungsi permanen dunia yang semakin besar, semua elemen masyarakat dunia perlu melakukan gerakan ‘civil society’.
Ahyudin mengatakan ACT kini memiliki target untuk menyampaikan gerakan ‘civil society’ untuk menyelesaikan masalah krisis pengungsi dunia kepada 500 juta penduduk dunia.
“Jumlah itu relatif lebih kecil dibandingkan penduduk dunia yang mencapai 6 miliar manusia. Saat ini ACT sedang mengkampanyekan kemanusiaan di Amerika dan Eropa karena memang harus dilakukan, karena masalah menyebar lebih cepat dibandingkan upaya mengatasinya,” ungkapnya.
Ahyudin juga mengingatkan bahwa ACT dan masyarakat Indonesia tak perlu ragu untuk menginisiasi gerakan ‘civil society’ untuk mengatasi masalah krisis pengungsi dunia.
Ia mengatakan, April 2018 ini ACT genap memberikan bantuan sebanyak Rp 1 triliun untuk pengungsi di Indonesia dan dunia.
Bahkan ACT sudah menyalurkan seribu ton beras dari lima ribu petani di Aceh, dan lima ribu ton di antaranya untuk masyarakat Suriah.
ACT berkomitmen untuk terus mengatasi krisis pengungsi dunia dengan membawa nama Islam dan dunia terbukti dengan hadirnya Indonesia Humanitarian Centre (IHC) di perbatasan Suriah yang menyiapkan 10 ribu ton logistik selama tiga bulan untuk pengungsi di sana.