Mahfuz Sidik: Anies Baswedan Tidak Wakili PKS
Anies Baswedan tidak pernah mewakili PKS dalam Pilgub DKI tahun lalu. Bahwa PKS mengusung Anies-Sandi itu benar seribu persen.
Penulis: Taufik Ismail
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Politisi PKS Mahfuz Sidik mengatakan Gubernur Jakarta Anies Baswedan tidaklah merepresentasikan partainya dalam konstelasi politik sekrang ini.
Pernyataan Mahfuz tersebut menanggapi pernyataan Wakil Ketua Umum Gerindra Arief Pouyono yang menyebut Anies Baswedan berpeluang besar menjadi Cawapres Prabowo.
Anies memiliki peluang besar karena merepresentasikan PKS.
“Anies Baswedan tidak pernah mewakili PKS dalam Pilgub DKI tahun lalu. Bahwa PKS mengusung Anies-Sandi itu benar seribu persen. Tapi yang diajukan resmi PKS adalah Mardani Alisera sebagai cawagub mendampingi Sandi sebagai cagub.” kata Mahfuz dalam keterangan tertulisnya, Senin, (7/5/2018).
Menurut Mahfuz, PKS saat Pilgub DKI lalu bahkan telah mendeklarasikan Sandiaga Uno-Mardani Ali Sera, namun kemudian tiba tiba muncul nama Anies Baswedan.
Terkait posisi PKS di Pilpres 2019, Mahfuz mengkhawatirkan ada skenario menjadikan PKS sebatas tim sukses.
“Ya ada indikasi kuat PKS mau dipakai sebagai tim sukses saja. Cawapres akan diambil sosok lain di luar PKS. Bisik-bisik di luaran memang mengarah ke sosok Anies Baswedan.” Ujar anggota Fraksi PKS di Senayan ini.
Menurut Mahfuz jika PKS hanya jadi tim sukses maka kasus pilgub DKI Jakarta 2017 akan terulang kembali.
“PKS hanya jadi pendorong mobil. Setelah mobil jalan kencang, PKS ditinggal. Lihat saja apa yang terjadi di DKI saat ini. Apakah ini akan diulang di pemilu 2019?” katanya.
Mahfuz berharap PKS dapat mengusung kader internalnya dalam Pemilu Presiden 2019.
Pasalnya dalam pemilu 2019 dimana pileg dan pilpres diselenggarakan bersamaan waktunya, akan muncul efek elektoral bagi partai yang mengajukan capres atau cawapresnya.
Sementara itu Mahfuz mengaku tidak mengetahui alasan di balik munculnya nama Anies Baswedan dalam bursa Cawapres Prabowo. Menurutnya hanya partai Gerindra yang mengetahuinya.
“Ya mungkin hanya pihak Gerindra yang tahu persis alasannya. Bisa jadi karena faktor daya dukung logistik. Karena pengakuan Arief Puyono bahwa Anies Baswedan dekat dengan Yusuf Kalla. Bisa juga soal peluang mengisi jabatan gubernur jika Anies Baswedan maju di pilpres. Atau bisa juga Gerindra tidak yakin dengan kekuatan partai yang akan berkoalisi dengannya. Kan elektabilitas Pak Prabowo masih jauh di bawah Pak Jokowi. Saya hanya bisa berspekulasi.” kata Mahfuz.