Inpago 9 Genjot Produktivitas Padi di Lahan Kering
Kementan berkomitmen untuk terus tingkatkan produksi padi nasional, salah satu adalah dengan mengembangkan varietas padi berproduktivitas tinggi
Editor: Content Writer
Kementerian Pertanian berkomitmen untuk terus tingkatkan produksi padi nasional. Setelah pada tahun 2016 produksi padi capai 79,35 juta ton dan tahun 2017 capai 81,07 juta ton, Kementan menargetkan produksi pada tahun ini bisa mencapai 81,2 juta ton. Salah satu upaya yang dilakukan untuk menggenjot produksi adalah mengembangkan varietas padi dengan produktivitas tinggi. Varietas unggulan yang turut dikedepankan Kementan saat ini adalah varietas inpago 9.
Inpago 9 merupakan salah satu varietas inbrida padi gogo yang dikhususkan untuk lahan kering. Untuk meningkatkan luasan lahan tanam padi, Kementan saat ini tengah menggencarkan pemanfaatan lahan suboptimal termasuk lahan kering. “Saat ini, sekitar 90 persen produksi padi dihasilkan di lahan sawah. Padahal pemanfaatan lahan kering untuk budidaya padi memiliki potensi yang masih sangat besar. Padi gogo bisa ditanam secara tumpang sari dengan tanaman pangan lain, seperti singkong dan jagung, ataupun dengan tanaman tahunan seperti jati, kelapa dan karet,” tutur Kepala BBP Padi Ismail Wahab.
Saat ini, Kementan melalui Badan Litbang Pertanian menggencarkan pengembangan berbagai varietas padi inpago. Salah satu varietas padi gogo unggulan yang telah dikembangkan Kementan adalah varietas padi inpago 9. Kepala BB Padi Dr Ismail Wahab mengungkapkan bahwa berdasarkan areal tanam produksi benih klas SS di lahan sawah Kebun Percobaan Pusakanegara, Subang, produktivitas varietas inpago 9 mencapai 8 – 9 ton per hektare.
”Potensi yang dimiliki varietas ini sangat menjanjikan karena varietas padi gogo lainnya hanya memiliki produktivitas rata-rata di bawah 6-7 ton per hektare,” ungkap Ismail.
Varietas inpago 9 dianjurkan untuk ditanam di lahan subur wilayah Jawa dan lahan podsolik merah kuning (PMK) seperti di wilayah Lampung. Pada panen yang dilakukan di Desa Banjareo dan Desa Puliharjo, Kecamatan Puring, Kab. Kebumen awal tahun ini, petani mengaku terkesan dengan performa Inpago 9. Petani bahkan optimis target produktivitas 10 ton per hektare dapat tercapai.
“Inpago 9 memiliki ketahanan yang baik terhadap penyakit blas. Selama ini, penyakit blas merupakan momok yang menakutkan bagi petani padi ladang kering,” ucap Ismail.
Untuk melengkapi pengembangan varietas inpago 9 maupun varietas padi gogo lainnya, Kementan juga menyiapkan paket teknologi LARGO Super. Melalui paket teknologi ini, petani dikenalkan dengan beragam teknologi pendukung, di antaranya sistem larikan gogo, yaitu jarak tanam yang memungkinkan proses fotosintesis lebih optimal. Selain itu, petani juga dikenalkan dengan penggunaan alat tanam tebar benih langsung dan pemberian pupuk hayati berupa pupuk berbasis mikroba non patogenik yang berfungsi meningkatkan kesuburan dan kesehatan tanah. Dalam paket ini pula, petani dianjurkan untuk menggunakan bioprotektor untuk mengendalikan hama pada pertanaman padi.
Ismail mengharapkan pengembangan varietas inpago 9 yang dibarengi penerapan paket teknologi Largo Super dapat mendongkrak produksi padi di lahan kering.
“Dengan pengembangan varietas inpago dan paket teknologinya, kami harapkan produksi padi di lahan kering dapat meningkat sehingga secara keseluruhan produksi padi nasional pun bisa ditingkatkan,” ungkapnya. (*)