Pramono Anung: Ancaman Terorisme Bisa Datang Dari Mana Saja
Pelajaran itu menurut Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung, bahwa terorisme itu bisa datang dari siapa saja.
Penulis: Srihandriatmo Malau
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Aksi terorisme melibatkan keluarga, ayah, ibu, dan anak-anak menjadi pelajaran berharga bagi anak bangsa di negeri ini.
Pelajaran itu menurut Sekretaris Kabinet (Seskab) Pramono Anung, bahwa terorisme itu bisa datang dari siapa saja.
"Bukan lagi orang miskin, tidak berpendidikan, tapi juga orang kelas menengah, orang kaya, berpendidikan,” kata Seskab di ruang kerja, Gedung III Kemensetneg, seperti dikutip Tribunnews.com dari laman Setkab, Selasa (15/5/2018).
Kalau dulu tidak ada anak maupun wanita yang menjadi terorisme, lanjut Seskab, tetapi akibat brainwash (cuci otak) ataupun kesalahan mereka menangkap paham-paham yang salah, sehingga mereka kemudian menjadi keluarga teroris.
Seskab Pramono Anung menunjuk aksi para teroris yang terjadi di Surabaya, yang dilakukan oleh dua keluarga, yang latar belakang keluarganya sebenarnya cukup mapan dan juga dari keluarga yang harmonis.
“Maka sekali lagi, ancaman terorisme bisa datang dari mana saja, dan ini harus menjadi kewaspadaan kita,” ujar Seskab.
Sebelumnya Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia (Kapolri) Jenderal Tito Karnavian dalam keterangan pers di Surabaya, Senin (14/5) menyampaikan, bahwa dalam serangan bom bunuh diri yang terjadi di 3 (tiga) gereja di Surabaya, Rusunawa Sidoarjo, dan Kantor Polres Surabaya, pelaku melibatkan istri dan anak-anaknya.
Untuk 3 (tiga) gereja di Surabaya, pelaku berasal dari 1 (satu) keluarga, yaitu Dito Oepriarto (ayah) di Gereja Pantekosta Surabaya, Puji Kuswati (ibu) dengan FS dan FR (anak) di GKI Diponegoro, dan Yusuf Fadil dan FH (anak) di Gereja Santa Maria Tak Bercela.
Sedang bom di Rusunawa Sidoarjo melibatkan Anton Ferdiantono (ayah), Puspita Sari (Ibu), dan HAR, AR, FP, dan GHA (anak).
Bom di kantor Polres Surabaya melibatkan Tri Murtiono (ayah), Tri Ermawati (ibu), AAP, MDS, dan MDAM (anak).
Terkait pelibatan anak-anak dalam kasus terorisme itu, Seskab Pramono Anung mengatakan, sudah waktunya pemerintah melakukan program deradikalisasi sejak usia dini.
“Sejak SD (Sekolah Dasar), karena paham ini ternyata juga masuk dari anak-anak tingkat SD,” ujar Seskab seraya menambahkan, bahwa program deradikalisasi itu menjadi tugas pemerintah. (*)