Satu WNI Kembali Bebas Dari Hukuman Mati
Nurkoyah menyusul kegembiraan Sumiyati dan Masani yang tgl 7 Mei 2018 lalu mendarat di Lombok untuk mensyukuri kebebasannya dari hukuman mati.
Penulis: Rina Ayu Panca Rini
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, ARAB SAUDI -- WNI bernama Nurkoyah binti Marsan Dasan dibebaskan dari hukuman mati oleh Pengadilan Provinsi Timur, Arab Saudi, pada 31 Mei 2018 lalu.
Nurkoyah menyusul kegembiraan Sumiyati dan Masani yang tgl 7 Mei 2018 lalu mendarat di Lombok untuk mensyukuri kebebasannya dari hukuman mati.
Hal itu disampaikan oleh Duta Besar RI untuk Arab Agus Maftuh Abegebriel melalui pesan singkatnya yang diterima Tribunnews pada Kamis (7/6/2018).
WNI asal Karawang ini dituduh melakukan tindak pidana ghilah (pembunuhan dengan pemberatan) di mana pembunuhan berencana itu dilakukan terhadap anak majikan bernama Masyari bin Ahmad al-Busyail yang masih berusia 3 bulan.
Ia dituduh sengaja mencampurkan obat tertentu dan racun tikus ke dalam botol susu.
"Setelah melalui proses hukum yang panjang dan alot sejak ditangkap pada 9 Mei 2010, akhirnya 31 Mei 2018," kata Dubes Agus.
Nurkoyah memperoleh kepastian bahwa putusan hakim yang menolak tuntutan qisas dan diyat terhadap dirinya telah berkekuatan hukum tetap dan dinyatakan selesai. Putusan tersebut ditandatangani hakim Muhammad Abdullah Al-Ajjajiy.
Selama tahapan proses hukum, Nurkoyah mendapatkan pendampingan intensif dari KBRI Riyadh yang secara khusus memberikan bantuan hukum.
"Menunjuk Pengacara Mishal Al-Sharif untuk mengawal dan memberikan pembelaan hukum terhadap Nurkoyah, sekaligus memastikan kehadiran negara dalam melindungi warganya yang sedang mengalami masalah hukum," tutur Agus.
*Melalui Proses Hukum Panjang*
Proses hukum Nurkoyah telah berlangsung sangat lama dan pelik yaitu selama kurun waktu hampir 8 tahun.
KBRI Riyadh dibantu Pengacara terus memberikan pendampingan dan mengupayakan pembelaan maksimal terhadap Nurkoyah.
Hakim menolak had ghilah (hukuman mati) dan memutuskan ta’zir dengan hukuman kurungan 6 tahun penjara serta cambuk 500 kali.
"Karena didasarkan adanya pengakuan dari Nurkoyah pada saat penyidikan walaupun pengakuan tersebut kemudian dicabut oleh Nurkoyah karena dilakukan di bawah tekanan," kata Agus.
Majikan yang bernama Khalid Al-Busyail kemudian juga mengajukan tuntutan qisas (hukuman mati) terhadap Nurkoyah. Hakim Pengadilan Umum Dammam menolak tuntutan hukuman mati qisas dengan menggunakan pembuktian sumpah (yamin) karena Nurkoyah mengingkari tuduhan dan penuntut hak khusus yaitu majikan tidak mampu menghadirkan bukti-bukti lain yang menguatkan tuntutan tersebut.
"Setelah tuntutan qisas terhadap dirinya ditolak oleh Pengadilan, Nurkoyah mendapatkan secercah harapan untuk dibebaskan dan segera pulang menemui keluarganya di Karawang, Jawa Barat, terutama Ibunya yang kesehatannya sudah menurun," ungkapnya.
*Akhirnya Bebas*
KBRI Riyadh dibantu Pengacara Mishal Al-Sharif kembali melakukan pendampingan hukum bagi Nurkoyah. Tanggal 3 April 2018, Tim KBRI Riyadh dan Pengacara Mishal Al-Sharif mendampingi Nurkoyah.
Dalam persidangan di mana Hakim menolak tuntutan hak khusus diyat dari majikan atas dasar “ne bis in idem” atau prinsip hukum yang melarang terdakwa diadili lebih dari satu kali atas satu perbuatan yang sama apabila sudah ada keputusan yang menghukum atau membebaskannya.
Hakim memberikan kesempatan bagi majikan dalam tenggat waktu 30 hari untuk mengajukan i’tiradh ( expostulation/keberatan) atas putusan tersebut, namun sampai tenggang waktu terlampaui, majikan tidak mengajukan i’tiradh sehingga pada 31 Mei 2018 Pengadilan Umum menetapkan bahwa putusan hukum atas kasus Nurkoyah telah berkekuatan hukum tetap (inkracht).
"Tanggal 2 Juni 2018 KBRI Riyadh secara resmi menerima salinan putusan Pengadilan Umum Dammam atas kasus Nurkoyah," ujar Dubes Agus.
KBRI Riyadh kemudian menindaklanjuti putusan tersebut dengan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk proses pemulangan Nurkoyah ke Indonesia.
KBRI Riyadh telah melakukan komunikasi dengan Pengacara serta pada tanggal 4 dan 5 Juni 2018 melakukan kunjungan ke Penjara Dammam tempat Nurkoyah ditahan untuk melakukan koordinasi serta menyerahkan dokumen-dokumen yang diperlukan bagi penerbitan exit permit pemulangan Nurkoyah.
KBRI Riyadh juga berbicara langsung dengan Nurkoyah untuk menyampaikan kabar gembira tersebut sekaligus memantau kondisi Nurkoyah di Penjara.
Nurkoyah akan dipulangkan ke Indonesia segera setelah exit permit dan dokumen-dokumen lain selesai diterbitkan.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.