Mahfud MD Tak Bisa Bersembunyi, Didaulat Jadi Khatib
Alasannya, mantan Ketua MK itu ingin bernostalgia, ingin menjadi mustamik atau jamaah biasa
Editor: Johnson Simanjuntak
Laporan Koresponden Tribunnews.com, Richard Susilo
TRIBUNNEWS Pamekasan Madura - Lebaran tahun ini Mahfud MD sengaja mengatur rencana salat iedul fitri di kampung terpencil di Madura. Undangan khuthbah dari berbagai tempat ditolaknya, termasuk dari Masjid Kampus UGM, almamaternya.
Alasannya, mantan Ketua MK itu ingin bernostalgia, ingin menjadi mustamik atau jamaah biasa di sebuah kampung yang jauh dari hiruk pikuk keranaian kota.
Mahfud tiba di Pamekasan Rabu (13/6/2018). Sampai tadi malam Mahfud tidak memberi tahu di mana dirinya akan salat ied agar dirinya bisa datang diam-diam ke masjid.
Kemudian hari ini Jumat jam 5.00 pagi Mahfud bersama isterinya Zaizatun Nihayati, ditemani adiknya Dr. Yat Marwiyah dan suaminya Sahrul Burman diam-diam menuju sebuah desa terpencil yang jaraknya 35 Km ke utara kota Pamekasan.
Itulah Desa Waru, tempat Mahfud menghabiskan masa kecil sampai lulus SD. Desa itu sudah ditinggalkan oleh Mahfud sejak tahun 1971, atau 47 tahun yang lalu.
Diam-diam Mahfud masuk ke Madjid Nurul Huda di Waru Barat. Masjid ini adalah tempat belajar beribadah Mahfud kecil pada tahun 1960-an sampai umur 12 tahun.
Di sebelah desa ini ada desa Tagangser Laok yang merupakan tempat Mahfud menjadi santri di ponpes Almardhiyyah.
Tahun 1971 Mahfud meninggalkan kecamatan Waru untuk belajar ke Kota Panekasan yang kemudian terus melanjutkan belajarnya ke Yogya sampai lulus S3 dari Pasca Sarjana UGM.
Sejak meninggalkan desa tersebut tahun 1971 Mahfud tak pernah tinggal di desa itu lagi sebab sejak lulus dari perguruan tinggi dia menjadi dosen di Yogya sampai kini.
Di pagi hari raya Jumat ini (15/6/2018) pagi-pagi sekali Mahfud sudah duduk di sudut masjid, ikut bertakbir.
Dirinya yakin tak ada lagi teman-teman masa kecilnya yang masih tinggal di situ. Meski ada pun pasti sudah lupa satu sama lain setelah berpisah sekitar setengah abad.
Begitu salat akan dimulai tiba-tiba dia didekati oleh seseorang.
“Pak Mahfud, saya Halim, teman belajar di madrasah waktu kita kecil. Pak Mahfud diminta jadi khatib, salat ied akan segera dimulai," katanya.
“Duh, saya ke sini ingin menjadi mustamik bukan mau jadi khathib. Khatibnya kan sudah ada," jawab Mahfud.
“Ini khatibnya yang minta agar Pak Mahfud saja yang jadi jadi khatib."
Meski Mahfud MD sudah lebih dari 45 tahun pergi dari sini warga sini tahu dari televisi bahwa Pak Mahfud orang sini. Itulah yang disebutkan Halim.
Petugas khatib yang sudah memakai baju gamis untuk berkhuthbah itu pun ikut merayu Mahfud MD.
Tak bisa menghindar, secara mendadak tampillah mantan Ketua MK itu sebagai khatib dengan memakai baju batik tetapi tetap memegang tongkat dan duduk di antara dua khuthbah seperti layaknya tatacara peribadatan kaum nahdhiyyin.
“Wah, jauh-jauh meninggalkan kota untuk menjadi jamaah salat tak tahunya didaulat jadi khatib," paparnya khusus kepada Tribunnews.com.