Data Exit Poll SMRC, Prabowo Ungguli Jokowi di Pilkada Jabar
Di Jawa Barat terjadi perubahan signifikan pilihan presiden dibandingkan dengan survei pada beberapa minggu
Penulis: Glery Lazuardi
Editor: Johnson Simanjuntak
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) memotret peta dukungan calon presiden di dalam data exit poll di 6 provinsi. Berdasarkan data itu, Prabowo Subianto mengungguli Joko Widodo di Provinsi Jawa Barat.
Di Jawa Barat terjadi perubahan signifikan pilihan presiden dibandingkan dengan survei pada beberapa minggu dan bulan sebelum waktu pemungutan suara pada 27 Juni lalu.
Pada hari H Pilkada, Jokowi memperoleh dukungan suara 40,3 persen dan Prabowo 51 persen. Ini berbeda dibandingkan hasil survei terakhir, di mana Jokowi memperoleh dukungan 48,3 persen, Prabowo 37,8 persen, dan yang belum tahu 14 persen.
Direktur Riset Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Deni Irvani, mengatakan sentimen terhadap Prabowo di Jawa Barat telah mengangkat kenaikan suara Sudrajat-Syaikhu secara signifikan hingga melewati suara pasangan Deddy Mizwar-Dedi Mulyadi dan mendekati suara Ridwan Kamil-Uu Ruhzanul Ulum.
"Ada indikasi kampanye 'ganti presiden' berpengaruh di Jawa Barat, meski tidak demikian di daerah lain. Di Jawa Barat mesin partai pendukung Prabowo, yakni Gerindra dan PKS jauh lebih besar, dan ini yang membuat kampanye tersebut efektif," ujar Deni, di kantor SMRC, Jakarta Pusat, Selasa (3/7/2018).
Di kesempatan itu, Deni Irvani menyajikan hasil penelitian SMRC tentang exit poll pemilihan gubernur di 6 provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, Kalimantan Barat, dan Sulawesi Selatan.
Data survei opini publik pada hari H lewat exit poll di 6 provinsi menunjukkan adanya konsistensi antara hasil survei opini publik (yaitu exit poll) dengan hasil Quick Count.
Pihak yang unggul dan komposisi perolehan suara masing-masing kandidat melalui exit poll kurang lebih sama dengan siapa yang unggul dan komposisi perolehan suara masing-masing kandidat yang terlihat dalam Quick Count.
Menurut Deni, temuan ini perlu ditekankan untuk menjawab keraguan sejumlah pihak terhadap manfaat survei opini publik mengingat adanya selisih besar antara hasil survei yang dilakukan Mei lalu dengan hasil Quick Count di sejumlah pilkada, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Sumatra Utara.
Temuan di exit poll SMRC ini menunjukkan perolehan suaran masing-masing kandidat tidak berbeda secara signifikan dengan perolehan suara Quick Count. Kalaupun ada perbedaan kecil, itu bisa terjadi karena alasan teknis, seperti di exit poll tetap ada responsnden yang tidak mau menjawab, sementara di Quick Count tidak ada kategori ‘tidak menjawab’.