Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribunners
Tribunners

Tribuners adalah platform jurnalisme warga. Untuk berkontribusi, anda bisa mengirimkan karya dalam bentuk berita, opini, esai, maupun kolom ke email: redaksi@tribunnews.com.


Konten menjadi tanggungjawab penulis dan tidak mewakili pandangan redaksi tribunnews.com.

Tribunners / Citizen Journalism

PKI Diprediksi Tidak Akan Pernah Mati, Metode dan Perilaku Politiknya Tetap Sama

Meski telah mengalami kebangkrutan politik dimana-mana namun metode gerakan dan perilaku politiknya tetap sama.

Editor: Hasanudin Aco
zoom-in PKI Diprediksi Tidak Akan Pernah Mati, Metode dan Perilaku Politiknya Tetap Sama
TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN
Massa dari Front Pembela Islam (FPI) Jawa Barat menggelar Apel Siaga Ganyang Partai Komunis Indonesia (PKI) dan Pertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) di depan Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Selasa (31/5/2016). Dalam aksinya, mereka menyatakan sikap bersatu dan berjuang dengan berbagai pihak dalam mensterilkan dan membebaskan NKRI dari virus komunias gaya baru, serta menolak pencabutan TAP MPR Nomor XXV Tahun 1966 tentang Pembubaran PKI dan Pelarangan Penyebaran Paham Komunis, Marxisme dan Leninisme di Indonesia. TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sebagai sebuah ideologi, komunisme tidak akan pernah mati dan akan terus ada.

Buktinya sampai saat ini masih ada beberapa negara seperti China, Korea Utara dan Kuba yang masih mempertahannya sebagai ideologi negara meski mengalami beberapa penyesuaian disana sini sesuai perkembangan zaman.

Meski telah mengalami kebangkrutan politik dimana-mana namun metode gerakan dan perilaku politiknya tetap sama.

Soal isu kebangkitan komunisne di Indonesia saat ini tak lagi dalam bentuk seperti di era akhir tahun 50 an dan awal-awal tahun 1960 lalu yang berorientasi merebut kekuasaan negara namun mereka lebih memilih muncul dengan isu-isu populis kerakyatan seperti isu HAM dan lingkungan hidup.

"Ambillah contoh di kasus demonstrasi dengan membawa logo palu arit di Banyawangi tahun 2017 lalu yang terus bergulir sampai sakarang meski vonis pengadilan telah sampai Pengadilan Tinggi Jawa Timur dan kini kasasi ke MA", sebut Rahman Sabon Nama, aktifis Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jakarta dalam keterangannya, Sabtu (14/07/2018)

Menurut Rahman, dalam kasus Banyuwangi isu HAM dan lingkungan hidup dihembuskan dan dimainkan di tengah-tengah warga untuk menimbulkan pertentangan antar kelas, antar kelompok sosial kemasyarakatan.

"Yang pasti, maju dan gerak roda ekonomi dan pariwisata di Banyuwangi saat ini sangat terganggu dengan isu-isu tak produktif yang di hembuskan oleh pendukung komunisme di sana yang memanfaatkan isu HAM dan Lingkungan hidup untuk menggalang simpati warga", tegas Rahman.

Berita Rekomendasi

Sebagai kader NU, tambah Rahman, pihaknya mendukung penuh perlawanan dari PCNU Banyuwangi yang getol melawan kebangkitan komunisme karena trauma sejarah pembantaian GP Ansor disana pada tahun 65" warga di sana sejatinya tak sadar telah disusupi dan terinfiltrasi simbol-simbol PKI.

"Lebih aneh lagi ada seorang yang dijatuhi hukuman karena membawa bendera palu arit, lantas menuding perusahaan tambang tidak mengindahkan HAM dan merusak lingkungan. Apa hubungannya?" ujar Rahman.

Menurut dia, warga harus terus diadvokasi untuk menghindari ketidaktahuan sehingga merasa bahwa isu (HAM & lingkungan) yang di sampaikan kelompok yang saat ini eksis di Banyuwangi yang di dukung afiliasi NGO di tingkat nasional adalah isu populisme rakyat.

"Kami akan kawal jangan sampai warga di manfaatkan untuk kepentingan kelompok mereka. Bagi kami kader muda NU, NKRI dan Pancasila adalah final dan harga mati tak tempat bagi ideologi lain ibu pertiwi," pungkasnya.

Tribunners merupakan jurnalisme warga, dimana warga bisa mengirimkan hasil dari aktivitas jurnalistiknya ke Tribunnews, dengan mendaftar terlebih dahulu atau dikirim ke email redaksi@tribunnews.com
Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas