Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

''Bursa Transfer'' Politisi dan Para Pendatang di Pemilu 2019

Ketua DPP PDIP, Andreas Hugo Perreira mengatakan merupakan hal yang lumrah apabila seorang politisi pindah ke partai lain untuk mencalonkan diri

Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Malvyandie Haryadi
zoom-in ''Bursa Transfer'' Politisi dan Para Pendatang di Pemilu 2019
Tribunnews/JEPRIMA
Sekretaris Jenderal Partai Hanura Herry Lontung bersama rombongan saat menyerahkan berkas Bacaleg kepada anggota KPU Hasyim Asyari di Gedung KPU, Jakarta Pusat, Selasa (17/7/2018). Hanura resmi mendaftarkan Calon Legislatif nya untuk mengikuti Pemilu 2019. Tribunnews/Jeprima 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tidak hanya terjadi dalam sepakbola, 'bursa transfer' juga terlihat dari politisi-politisi yang akan maju di Pileg 2019.

Seperti halnya yang dilakukan oleh Yusuf Supendi, pendiri Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang hijrah ke PDIP.

Baca: Asal Dibolehkan Undang-undang, JK Bersedia Jadi Cawapres Jokowi

Selanjutnya, kubu Syarifuddin Sudding di Hanura yang beralih partai ke NasDem seperti Rufinus Hutauruk, Dossy Iskandar dan Krisdayanti yang bergabung di PDIP, serta beberapa politisi lainnya.

Tidak hanya bursa transfer, beberapa nama baru juga menghiasi gelaran Pileg 2019. Sebut saja nama Johan Budi, juru bicara Kepresidenan yang kini nyaleg bersama PDIP, serta Bos Kalijodo Daeng Aziz yang merapat ke Gerindra.

Ketua DPP PDIP, Andreas Hugo Perreira mengatakan merupakan hal yang lumrah apabila seorang politisi pindah ke partai lain untuk mencalonkan diri sebagai caleg.

Kata dia, seluruh partai membuka seluruh kemungkinan adanya kader partai lain yang hijrah. Terlebih, politisi tersebut sudah memiliki elektabilitas dan basis massa di daerah pemilihan (dapil).

"Saya rasa ini hal yang biasa apabila para politisi pindah partai. Semua kan memiliki hak untuk dipilih dan memilih," jelasnya saat ditemui di Kantor KPU, Jakarta, Selasa (17/6).

Berita Rekomendasi

Jelas dia, para politisi beranggapan ingin mencari kendaraan yang lebih baik dibanding sebelumnya. Terpenting, tidak ada pemaksaan dan polemik yang terjadi di internal partai politik ketika masuk orang baru.

"Ya selama ini memang tidak ada masalah. Semua baik-baik saja. Semua menerima secara baik," ucapnya.

Ketua DPP Hanura, Sutrisno Iwantono menegaskan tidak akan banyak permasalahan yang akan timbul ketika banyak politisi dari partainya pindah ke partai lain. Jelas dia, pihaknya justru sudah mempersiapkan nama-nama baru untuk diusung.

"Justru kami akan mengusung anak-anak muda dan baru dan lebih baik dari sebelumnya," kata dia.

Dari hal itu, pihaknya optimis akan terdapat lumbung suara baru yang akan menjadi daerah potensial bagi partai. Dengan demikian, tidak ada kekhawatiran Hanura meski ditinggalkan banyak kader.

"Enggak. Enggak. Sama sekali tidak khawatir. Biasa saja" tukasnya.

Artis Tak Jamin Raih Suara

Sejumlah artis juga turut serta meramaikan Pemilihan Legislatif 2019 mendatang. Baik artis yang sudah terlebih dahulu berkecimpung di dunia politik, maupun artis yang baru menjadi kader parpol. Mulai dari Nafa Urbach di NasDem, Dina Lorenza di Demokrat, Giring Nidji di PSI dan beberapa artis lainnya.

Ketua Badan Pemenangan Pemilu NasDem, Effendi Choirie mengatakan mereka yang bergerak di dunia hiburan sudah memiliki modal popularitas yang baik. Namun, belum tentu dapat memiliki elektabilitas yang baik.

"Ya memang tidak jaminan juga. Tapi, dibanding politisi yang baru, mereka memiliki keunggulan di popularitas," jelasnya.

Para artis, lanjut dia, harus melakukan kapitalisasi terhadap popularitasnya di masyarakat. Caranya, selama masa kampanye, para artis harus turun ke masyarakat dan memberikan program serta visi misi mereka.

Bukan hanya itu, mereka juga harus dapat merangkul konstituen di dapilnya sendiri sehingga basis massa yang dimiliki jelas.

Ketua DPP PDIP, Andreas Hugo Perreira mengatakan tidak serta merta artis dapat meningkatkan suara bagi partai politik.

Masyarakat akan melihat siapa saja artis yang benar-benar ingin masuk ke dalam politik, dan siapa saja yang hanya menumpang nama.

"Masyarakat sudah cerdas lah. Politisi yang incumbent di dapil, bisa lebih banyak mendapatkan suara jika dibanding dengan artis tenar di dapil yang sama. Ini semua tergantung dari pendekatan si artisnya sendiri," ucapnya.

Nafa Urbach salah satu caleg dari NasDem menjelaskan dirinya memiliki keinginan untuk masuk menjadi anggota legislatif karena ingin memperjuangkan isu seputar kekerasan anak, pernikahan dini dan perdagangan manusia.

"Aku ingin urus UU Pernikahan Dini, isu kekerasan perempuan dan perdagangan manusia. Salah satu caranya, aku masuk ke legislatif," ucapnya.(ryo)

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas