Upayakan Pengurangan Risiko Bencana Industri, DMII-ACT Gelar Seminar Nasional
Situasi itu menyebabkan Indonesia rawan terhadap bahaya gempa, tsunami dan aktivitas vulkanik.
Editor: Content Writer
Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki risiko tertinggi terhadap berbagai jenis bencana alam, karena posisi geografis yang merupakan tempat pertemuan empat lempeng tektonik dunia yang menghasilkan sesar-sesar subduksi.
Selain sesar intra lempeng. Sampai saat ini telah ditemukan sekitar 295 sumber gempa aktif di seluruh Indonesia. Situasi itu menyebabkan Indonesia rawan terhadap bahaya gempa, tsunami dan aktivitas vulkanik.
Selain itu kondisi iklim di Indonesia menyebabkan curah hujan tinggi di beberapa daerah dan kekurangan curah hujan di daerah lainnya, yang dikombinasikan dengan kondisi penataan kawasan yang tidak tertib dan berkembangnya daerah-daerah urban yang sangat padat tanpa disertai infrastruktur yang memadai meningkatkan ancaman bahaya banjir, longsor dan kekeringan.
Perusahaan asuransi global, Swiss Re, melalui penelitian pada tahun 2012 menyampaikan daftar kawasan-kawasan industri di Asia yang masuk kategori berisiko terserang bencana banjir besar, yaitu paling atas China sebagai negara dengan kawasan industri paling rentan bencana banjir, selanjutnya Malaysia di posisi 5, Indonesia di posisi 7, Thailand 9, dan India ke 10.
Swiss Re menilai, negara-negara di Asia masih terus membuat kesalahan yang sama hingga saat ini.
Mereka tidak pernah belajar dari kasus Thailand yang menyebabkan 1.000 pabrik, yang merupakan bagian dari sistem pasokan dunia, mengalami kerugian hingga US$20 miliar akibat banjir. Dibutuhkan waktu setahun bagi Thailand untuk dapat memulihkan perekonomiannya kembali.
Indonesia yang memiliki pertumbuhan ekonomi sekitar 5.7% memiliki sejumlah besar industri yang tersebar di berbagai zona industri dan kawasan industri (industrial parks).
Hingga saat ini tercatat ada 83 kawasan industri di Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah, dan 12 wilayah kawasan ekonomi khusus, yang berada dibawah koordinasi Himpunan Kawasan Industri Indonesia.
Dengan kondisi ancaman bencana alam yang ada, ditambah dengan berbagai bahaya akibat aktivitas manusia seperti kegagalan teknologi, kerusuhan sosial, aksi terorisme dan sebagainya, maka risiko bencana bagi dunia industri di Indonesia cukup besar, dampaknya akan merugikan usaha dan industri karena terganggunya berbagai fasilitas dan infrastruktur yang dapat menyebabkan terganggunya operasi kegiatan usaha dan industri.
Perlu dilakukan langkah-langkah sistematis untuk menurunkan risiko gangguan usaha karena bencana.
“Berdasarkan data-data diatas, Disaster Management Institute of Indonesia (DMII) ACT menyelenggarakan kegiatan Seminar Nasional bertajuk “Mempersiapkan Kawasan Industri untuk Menghadapi Bencana” yang dihelat pada tanggal 18 Juli 2018 bertempat di Wisma Antara, Auditorium Adhiyana Lantai 2, Jakarta Pusat.
Kegiatan ini sebagai upaya pengurangan risiko bencana untuk Kawasan Industri, kita coba dorong masing-masing kawasan industry untuk memiliki Business Continuity Plan (BCP) ” papar Syuhelmaidi Syukur, Senior Vice President ACT di sela-sela acara.
Sejumlah Narasumber kompeten di bidangnya hadir di seminar nasional ini. Yaitu Profesor Krishna Surya Pribadi, Pakar Mitigasi Bencana dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Faisal Djalal, Chairman APAD Indonesia (Asia Pacific Alliance for Disaster Management-Indonesia), dan dan Ibnu Khajar dari Disaster Management Institute of Indonesia (DMII) ACT.(*)