Pidato 'Berantem' Jokowi yang Menuai Pro Kontra
Di hadapan relawan yang hadir, Presiden meminta kepada para relawan untuk menahan diri ketika mendapat serangan politik dari kubu lawan
Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
Hingga kemudian Sudjiwo Tedjo menuliskan cuitan baru untuk menegaskan cuitan sebelumnya.
"Aku bukan pendukung Pak Jokowi atau siapa pun.
Tapi janganlah kebencianmu pada Pak Jokowi sampai menghapus kutipan depan beliau “jangan mencari musuh” dan hanya kutip belakangnya (tapi) “kita harus siap berkelahi."
Menurutku ini gak fair,"
Sementara itu, menurut mantan Direktur LP3ES, Rustam Ibrahim meminta agar mereka tak mengartikan kata "berkelahi" secara harfiah.
Dilansir TribunWow.com, hal tersebut ia sampaikan melalui akun Twitter @RustamIbrahim yang diunggah pada Minggu (5/8/2018).
Menurut Rustam Ibrahim, kata-kata seperti 'berkelahi' kerap digunakan dalam politik.
Akan tetapi perkelahian tersebut adalah adu strategi, taktik, dan argumentasi, buka perkelahian fisik.
@RustamIbrahim: Kata2 seperti "lawan", "bertarung", "berkelahi" banyak digunakan dalam politik.
Jangan diartikan harfiah.
Itu hanyalah metafora para politisi mengobarkan semangat pendukung2nya.
Arti kata sesunggguhnya adalah KONTESTASI sesama anak bangsa, untuk mendapatkan pemimpin terbaik.
@RustamIbrahim: Berkelahi dalam politik adalah adu strategi, adu taktik, adu argumentasi, adu kata-kata dalam upaya memenangkan tokoh terbaik yang akan memimpin bangsa.
Klarifikasi Jokowi
Setelah menuai pro kontra di publik terkait pidatonya, Presiden Jokowi angkat bicara.
Ia meminta agar pidatonya yang dibacakan di hadapan relawan saat itu tidak hanya dibaca sepotong saja.
"Ditonton yang komplet dong," ujar Presiden Jokowi di sela-sela meninjau atlet dan venue jetski di Ancol, Jakarta Utara, Senin (6/8/2018).
Ia membantah keras memprovikasi masyarakat untuk berkelahi.
Justru, pesan dalam pidatonya itu adalah masyarakat harus menjaga persatuan dan kerukunan serta jangan saling membangun kebencian di antara warga negara.
"Saya kan sampaikan, aset terbesar kita adalah persatuan, kerukunan. Oleh sebab itu, ya jangan sampai membangun kebencian, saling mencela, saling menjelekkan. Saya sampaikan itu," ujar dia.
"Coba dirunut ke atas, jangan diambil sepotongnya saja. Nanti enak yang mengomentari, kalau seperti itu. Dilihat secara keseluruhan, konteksnya kan kelihatan," lanjut dia. (Tribunnews.com/Kompas.com)