Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Syngenta Dukung Pertanian Berkelanjutan di Indonesia

Erik berbicara dengan para mitra bisnis mengenai kemungkinan dibukanya kembali bisnis benih sayuran di Indonesia

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in Syngenta Dukung Pertanian Berkelanjutan di Indonesia
istimewa

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - CEO Syngenta, Erik Fyrwald datang ke Indonesia untuk menunjukkan komitmen perusahaan untuk mendukung pembangunan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture) di Indonesia.

“Syngenta ingin terus berkontribusi dalam memajukan pertanian di Indonesia. Kami hadir untuk mendukung program-program pemerintah dalam mencapai swasembada dan ketahanan pangan," kata

Syngenta mendukung melalui investasi, penelitian dan pengembangan, teknologi, penyediaan
benihdan perlindungan tanaman, serta pelatihan praktik pertanian yang baik.

“Kedatangannya ke Indonesia untuk berdiskusi dengan berbagai mitra dalam upaya
membangun visi bersama untuk masa depan pertanian global yang berkelanjutan.

"Melalui dialog dan pertemuan-pertemuan, kami bisa mengetahui lebih banyak tantangan-tantangan di sektor pertanian untuk merumuskan secara tepat peranan dan kontribusi yang perlu Syngenta tingkatkan untuk mewujudkan visi pembangunan pertanian masa depan itu,” kata Erik.

Kunjungan ini juga merupakan bagian dari rangkaian kunjungan kerjanya ke berbagai negara di seluruh dunia selama tiga bulan ke depan, dalam rangka konsultasi dan dialog secara langsung dengan para pemangku kepentingan dari seluruh dunia, sebagai upaya membangun visi bersama untuk masa depan pertanian global.

Baca: Kementan Jalankan Program Pengentasan Kemiskinan Berbasis Pertanian di Pandeglang

"Walaupun Indonesia menghadapi tantangan di bidang pertanian yang sama dengan negara-negara lainnya, namun dengan lahan pertanian yang subur, populasi yang terus meningkat,
serta ketersediaan sumberdaya alam yang melimpah, Indonesia menyimpan potensi pertanian
besar di Asia Tenggara,”ujarnya.

Berita Rekomendasi

Di Indonesia, aktivitas bisnis Syngenta saat ini didukung satu pusat riset dan pengembangan
berskala internasional terletak di Cikampek, Jawa Barat berupa satu pabrik perlindungan tanaman di Bogor, Jawa Barat dan satu pabrik pengolahan benih di Pasuruan, Jawa Timur, dengan total investasi 27 juta dolar AS.

Di pasar pertanian, salah satu produk Syngenta paling populer yakni benih Jagung Hibrida NK Perkasa dan berbagai produk perlindungan tanaman.

Hadir di Indonesia sejak 1960-an, salah satu produk terbaru Syngenta yakni herbisida Apiro yang
diluncurkan ke pasar April lalu.

Perubahan kepemilikan meningkatkan anggaran tahunan riset Syngenta. Untuk tahun 2018 ini,
Syngenta menganggarkan biaya riset hingga 1.3 miliar dolar AS secara global, dengan fokus
program digitalisasi pertanian.

Baca: Syngenta Indonesia Remajakan Stasiun Riset R&D di Cikampek

Menurut Erik, teknologi digital pertanian kini telah mulai berkembang di Amerika Serikat.

Dimulai dari traktor yang dilengkapi dengan sistem digital, sehingga bisa mengetahui berapa jumlah tanaman yang harus ditanam pada suatu lahan, kondisi tanahnya seperti apa, berapa pupuk yang akan digunakan, bahkan bisa mengetahui tren preferensi konsumen sehingga petani dapat memproduksi produk-produk pertanian yang disukai pasar.

Meski Syngenta telah hadir di Indonesia selama puluhan tahun, Erik Fyrwald mengakui masih
memiliki sejumlah kendala dalam bisnis Syngenta di Indonesia, terutama untuk memasarkan
produk benih sayuran (hortikultura) seperti tomat, cabe, jagung manis, dan melon.

Erik berbicara dengan para mitra bisnis mengenai kemungkinan dibukanya kembali bisnis benih sayuran di Indonesia.

Selama ini kami merasa terhambat dengan adanya batas maksimum investasi asing sebesar 30 persen.

"Padahal dibutuhkan investasi yang sangat besar untuk kegiatan dan penelitan benih hortikultura. Oleh karena itu, kami berharap Pemerintah Indonesia bisa meninjau kembali undang-undang hortikultura itu,” ujar Erik Fyrwald.

Sesuai dengan Undang-undang Hortikultura Tahun 2013, perusahaan asing hanya diijinkan
menguasai saham maksimal 30 persen dalam bisnis hortkultura.

Peraturan inilah yang menurut Syngenta masih membatasi peluang bisnisnya di Indonesia. Erik Fyrwald mengharapkan adanya deregulasi undang-undang hortikultura karena dengan pengalaman research & development Syngenta yang panjang, kualitas benih sayuran yang dijual dijamin akan menguntungkan petani di Indonesia.

Dengan benih berkualitas, maka produktifitas akan meningkat. Bahkan, Indonesia berpeluang besar bisa mengekspor produk hortikultura ke manca negara.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas