Kementan Manfaatkan Teknologi Iradiator Gamma Untuk Dorong Ekspor Buah Segar
Indonesia sebagai negara tropis mempunyai varian buah cukup tinggi. Setiap daerah di tanah air memiliki produk unggulan dan sudah ditanam dalam skala
Editor: Content Writer
Indonesia sebagai negara tropis mempunyai varian buah cukup tinggi. Setiap daerah di tanah air memiliki produk unggulan dan sudah ditanam dalam skala cukup luas. Selain untuk memenuhi permintaan pasar lokal dan luar negeri, kebun buah juga bisa menjadi sarana agrowisata menarik bila dikelola secara baik. Oleh karena itu pengembangan komoditas buah terus dikembangkan di berbagai daerah.
Produksi buah di Indonesia berdasarkan data BPS pada tahun 2017 sebagai berikut; pisang 7.162.680 ton, mangga 2.203.791 ton, jeruk 2.165.189 ton, nenas 1.795.985 ton, durian 795.204 ton, salak 953.845 ton, rambutan 523.700 ton, papaya 875.108 ton, nangka 656.583 ton, alpukat 363.148 ton, manggis 161.750 ton, jambu 200.487 ton.
Mangga merupakan salah satu buah yang banyak dilirik oleh berbagai negara seperti Jepang, Korea, Australia dan New Zealand. Dalam upaya akselerasi ekspor buah mangga segar, lalat buah menjadi hambatan non tarif.
“Lalat buah merupakan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) Karantina bagi negara importir sehingga beberapa negara memberlakukan persyaratan teknis Sanitary and Phytosanitary World Trade Organisation (SPS-WTO), yaitu perlakuan disinfestasi lalat buah dengan tidak mengurangi kualitas dan rasa buah,” jelas Direktur Perlindungan Hortikultura, Sri Wijayanti Yusuf di Fasiltas Iradiator Gamma Merah Putih (IGMP), Tangerang Selatan pada Selasa (18/09).
Teknologi nuklir di bidang pengendalian hama penyakit dapat diaplikasikan untuk memenuhi persyaratan teknis tersebut. Teknologi tersebut telah tersedia di Indonesia namun belum banyak dimanfaatkan untuk persyaratan SPS dalam ekspor buah segar.
Fasiltas Iradiator Gamma Merah Putih (IGMP) berada di Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan. Fasilitas ini merupakan hasil kerja sama antara Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dengan pihak Isotop Hongaria. Fasilitas IGMP telah siap melayani para pelaku industri.
“Keuntungan dari pemanfaatan IGMP adalah proses efektif, dapat membunuh hama dan penyakit dan tidak ada residu kimia beracun. IGMP juga tidak merusak kandungan gizi pada bahan pangan, bisa untuk produk kemasan, dapat digunakan untuk sterilisasi serta aman dikonsumsi,” kata Sri.
Pemberian dosis radiasi disesuaikan dengan Permenkes Nomor 701/Menkes/Per/VIII/2009. Implementasi perlakuan iradiasi terhadap bahan pangan dengan tujuan mengeradikasi OPT dan memperpanjang masa simpan. Parameter sasaran perlakuan iradiasi pada OPT meliputi kematian (mortalitas), kegagalan perkembangan imago, kemandulan (sterilitas) dan sifat dorman (inaktivasi).
Dalam kunjungan kerja ke IGMP-BATAN, Sri menyatakan bahwa IGMP hendaknya dapat dimanfaatkan secara maksimal. "IGMP hendaknya dapat dimanfaatkan secara maksimal. Teknologi ini dapat diterapkan untuk disinfestasi lalat buah sehingga semakin terbuka lebar peluang akselerasi ekspor produk buah segar Indonesia ke Negara-negara memberlakukan persyaratan SPS yang ketat," jelasnya.
Supandi, Kepala Kelompok Iradiator BATAN menyatakan siap bekerjasama untuk mendorong eksport buah Indonesia ke seluruh dunia. "Kami siap bekerjasama untuk mendorong ekspor buah Indonesia ke seluruh dunia. Semoga nilai ekspor buah segar Indonesia semakin meningkat," ucapnya. (*)