Jokowi Ungkapkan Keragaman Indonesia yang Dikagumi Negara Lain
Presiden menyampaikan, negara-negara lain mengagumi kehidupan sehari-hari yang ada di Indonesia
Penulis: Seno Tri Sulistiyono
Editor: Imanuel Nicolas Manafe
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Dalam pidatonya pada acara pembukaan Muktamar ke-9 Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (HIMA-PERSIS) di Pondok Pesantren Persis Usman bin Affan, Cipayung, Jakarta Timur, Presiden Joko Widodo bicara mengenai keragaman yang ada di Indonesia.
Presiden mengatakan, sebagai negara besar yang dianugerahi Allah SWT dengan segala keragaman, aset terbesar bangsa Indonesia adalah persatuan, kerukunan, dan persaudaraan.
Baca: Polisi Sebut Pengemudi yang Terobos Iring-iringan Jokowi Tak Paham VVIP Dilarang Diikuti
Oleh karena itu, kata Jokowi, sudah sepatutnya seluruh elemen bangsa merawat dan menjaga tiga hal tersebut, terlebih karena Indonesia dilihat oleh negara-negara lain.
Presiden menyampaikan, negara-negara lain mengagumi kehidupan sehari-hari yang ada di Indonesia.
"Kita ini dilihat, negara-negara lain melihat kita. Dalam Konferensi Islam Wasatiyyah yang digagas oleh ulama-ulama kita, ulama-ulama besar dari negara lain datang ke sini, datang di Bogor. Mereka mengapresiasi kehidupan sehari-hari kita," kata Presiden sesuai keterangan pers Biro Pers Istana Kepresidenan, Selasa (25/9/2018).
Di antara ulama-ulama besar dunia tersebut, lanjut Presiden, Grand Syeikh Al Azhar menyampaikan kekagumannya kepada Indonesia yang meskipun berbeda-beda tetapi masih bisa menjaga harmoni, kerukunan, dan persaudaraan. Tidak hanya itu, Presiden juga mengatakan rasa kagum itu datang dari Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani.
"Dr. Ashraf Ghani menyampaikan kepada saya. Beliau menyampaikan kekagumannya setelah saya menyampaikan Indonesia ini memiliki 714 suku tapi bisa hidup rukun alhamdulillah sampai saat ini, dan kita berharap Insyaallah sampai akhir zaman," ujarnya.
Kekaguman Presiden Ashraf Ghani itu terlebih karena di Afghanistan ada tujuh suku, di mana dua suku berkonflik, dan tidak pernah berakhir selama 40 tahun.
"Bahkan Ibu Rula Ghani, istrinya Presiden Ashraf Ghani menyampaikan kepada saya 'Presiden Jokowi, dalam konflik dalam perang yang paling dirugikan adalah dua: anak-anak dan wanita'," lanjutnya.
Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini Kepala Negara kembali mengajak semua pihak untuk terus merawat dan menjaga persatuan, persaudaraan, kerukunan agar kita terus bisa membangun dan menyejahterakan rakyat.
Lebih lanjut, Kepala Negara mengingatkan agar perbedaan pilihan politik tidak mencederai tiga aset terbesar bangsa Indonesia tersebut.
"Jangan korbankan persatuan dan persaudaraan kita gara-gara pesta demokrasi itu. Rugi besar bangsa ini. Inilah yang perlu saya ingatkan bahwa sinergi, harmoni, di antara kita sesama anak bangsa, sangat-sangat diperlukan bagi kita menghadapi persaingan, menghadapi kompetisi antarnegara," tuturnya.
Terkait hal ini, Presiden kemudian mengutip satu pernyataan Ahmad Hassan, salah satu tokoh Persis, yang selalu mengedepankan adu ide dan gagasan dibandingkan konfrontasi fisik.
Baca: Jokowi: Demi Kemakmuran, Kita Harus Mau Sakit Dulu
"Beliau pernah menyampaikan dalam tulisannya, menghindari fisik dengan sesama anak bangsa, 'Yang dikejar tidak dapat, yang dikandung berceceran.' Beliau yang menyampaikan, Tuan Hasan. Jelas sekali. Sekali lagi, marilah kita rawat, kita jaga bersama-sama persatuan, persaudaraan, kerukunan di antara kita," ucap Presiden.
Turut mendampingi Presiden dalam acara ini, antara lain Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Kirim Komentar
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.