4 Tahun Jokowi-JK, Kementan Beberkan Capaian Program Pertanian
"Keberhasilan itu dipertegas dengan data terbaru BPS yang menyatakan Indonesia surplus beras sebanyak 2,85 juta ton pada tahun 2018"
Penulis: Chaerul Umam
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Chaerul Umam
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Sekretaris Jenderal (Sekjen) Kementerian Pertanian (Kementan) Syukur Iwantoro membeberkan capaian program pembangunan pertanian.
Hal itu diungkapkannya dalam pemaparan capaian empat tahun pemerintahan Jokowi - Jusuf Kalla (JK) di sektor pertanian.
"Berbagai kebijakan di bidang pertanian telah memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan produksi," ucap Syukur di Gedung Pusat Informasi Agribisnis (PIA) Kementan, Jl RM Harsono, Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Rabu (24/10/2018).
Satu di antara peningkatan produksi yang dimaksud Syukur yakni produksi beras nasional.
Itu dibuktikan dengan data terbaru yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik (BPS) yang menyatakan Indonesia surplus beras.
"Keberhasilan itu dipertegas dengan data terbaru BPS yang menyatakan Indonesia surplus beras sebanyak 2,85 juta ton pada tahun 2018," imbuhnya.
Baca: Tekuk Persib, PSM Semakin Kokoh di Klasemen Sementara Liga 1 2018
Selain peningkatan produksi, peningkatan juga terjadi di sektor ekspor pertanian. Syukur menjelaskan, ekspor pada tahun 2017 meningkat dibanding tahun sebelumnya.
"Peningkatan produksi juga diikuti oleh oleh peningkatan ekspor pertanian secara keseluruhan. Pada tahun 2017, ekspor pertanian meningkat Rp 441 Triliun atau 24 persen dibandingkan tahun 2016," paparnya.
"Beberapa komoditas pangan yang berkontribusi besar meningkatkan neraca perdagangan adalah beras konsumsi, bawang merah, daging ayam olahan, jagung dan sejumlah komoditas perkebunan. Hingga bulan September 2018, nilai eskpor pertanian sudah mencapai Rp 330 Triliun," sambungnya.
Baca: Tanggapi Survei Litbang Kompas, Jubir TKN Jokowi-Maruf: Target Kami 70 Persen
Peningkatan produksi juga diikuti dengan meningkatnya kesejahteraan petani.
Hal itu terlihat dari Nilai Tukar Petani (NTP) yang menjadi tolak ukur daya beli petani.
"NTP tahun 2018, dari Januari hingga September mencapai 102,25 atau naik 0,27 persen dibandingkan NTP pada periode bulan yang sama di tahun 2014 yang sebesar 101,98 persen," terangnya.
Dengan peningkatan NTP tersebut, turut menurunkan angka kemiskinan di pedesaan yang notabennya merupakan basis pertanian.
"Pada Maret 2015, penduduk miskin di pedesaan sekitar 14,21 persen atau 17,94 jiwa dan pada bulan yang sama tahun 2016 dan 2017 turun berturut-turut menjadi 14,11 persen atau 17,67 juta jiwa dan 13,93 persen atau 17,09 juta jiwa," bebernya.
"Pada Maret 2018, jumlah penduduk miskin di pedesaan kembali turun menjadi 13,47 persen atau 15,81 juta jiwa. Kemiskinan keseluruhan secara nasional bahkan ditekan menjadi satu digit menjadi 9,82 persen, terendah dalam sejarah," pungkasnya.