Kerugian Prabowo-Sandiaga akibat Kasus Hoaks Ratna Sarumpaet
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei persepsi publik terhadap kasus hoaks Ratna Sarumpaet pada Selasa (23/10/2018).
Editor: Hasanudin Aco
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kasus berita bohong atau hoaks penganiayaan aktivis Ratna Sarumpaet dinilai berdampak negatif kepada pasangan capres-cawapres nomor urut 2 Prabowo- Sandiaga Uno.
Seperti diketahui, saat kasus itu mencuat, Ratna Sarumpaet adalah salah satu juru bicara kampanye Prabowo-Sandiaga Uno.
Ratna pula yang mengaku dianiaya ke kubu Prabowo-Sandiaga. Atas informasi Ratna, Prabowo dan sejumlah elite politisi bahkan menggelar konferensi pers khusus terkait penganiayaan Ratna Sarumpaet.
Namun sehari setelah itu, Ratna musti mengaku ke publik bahwa penganiayaan dirinya hanya kebohongan. Lebam di mukanya bukan karena dianiaya, namun lantaran operasi plastik.
Publik pun menyorot tajam kubu Prabowo-Sandiaga yang dinilai ikut menyebarkan hoaks.
Baca: Faisal Basri Sebut Musuh Utama Jokowi Bukan Prabowo, Tapi Para Menterinya Sendiri
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA merilis hasil survei persepsi publik terhadap kasus hoaks Ratna Sarumpaet pada Selasa (23/10/2018).
Dari survei yang dilakukan pada 10-19 Oktober 2018, sebanyak 57,2 persen responden menyatakan bahwa mereka mengetahui atau mendengar kasus hoaks penganiayaan Ratna Sarumpaet.
"Dari mereka yang mengetahui, 89,5 persen responden tidak suka hoaks Ratna Sarumpaet," ujar Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ikrama Masloman di Jakarta. Survei LSI Denny JA dilakukan pada 10-19 Oktober 2018 dengan jumlah 1.200 responden diseluruh Indonesia.
Metode yang digunakan yakni multistage random sampling dan pengambilan data dilakukan dengan wawancara tetap muka menggunakan kuesioner. Adapun margin of error plus minus 2,8 persen. Survei juga dilengkapi dengan FGD, analisis media dan indepth interview.
Gerus Elektabilitas Survei LSI Denny JA juga menunjukkan bahwa kasus hoaks Ratna Sarumpaet berdampak negatif kepada pasangan calon nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Saat ditanya apakah kasus hoaks Ratna Sarumpaet membuat responden mendukung, sama saja atau lebih tidak mendukung capres, jawabkan yang diberikan beragam.
Sebanyak 25 persen menyatakan lebih mendukung Jokowi, 48,8 persen sama saja, 6,6 persen lebih tidak mendukung, dan 19,6 persen tidak menjawab. Sementara untuk Prabowo, 11,6 persen responden menyatakan lebih mendukung, 49,8 persen sama saja, 17,9 persen lebih tidak mendukung dan 20,7 persen tidak menjawab.
"Jadi ada 17,9 persen publik yang menjadi lebih tidak mendukung Prabowo," kata Ikrama. Dari sisi elektabilitas pada September 2018, sebelum ada kasus hoaks Ratna Sarumpaet, Jokowi-Ma'ruf Amin 53,2 persen, Prabowo-Sandiaga Uno 29,2 persen dan 17,6 persen belum memutuskan.
Sementara pasca kasus hoaks Ratna Sarumpaet, elektabilitas Jokowi-Ma'ruf Amin naik jadi 57,7 persen pada Oktober 2018. Sedangkan Prabowo-Sandiaga Uno justru turun menjadi 28,6.persen.
Adapun persentase yang belum memutuskan menyusut tinggal 13,7 persen. Dari data itu LSI Denny JA menarik kesimpulan bahwa aksi hoaks Ratna Sarumpaet membuat pemilih yang masih mengambang lebih terdorong memilih Jokowi.
Ditinggal Kaum Terpelajar Bila ditelaah lebih dalam lagi, survei LSI Denny JA juga mengungkapan adanya penurunan dukungan pemilih kalangan terpelajar kepada pasangan calon Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pasca kasus hoaks penganiayaan Ratna Sarumpaet.
Sebanyak 6,6 persen responden survei ini berpendidikan di atas SMA. Sisanya, atau 93,4 persen berpendidikan akhir SD, SMP, dan SMA. Dari total jumlah responden yang berpendidikan tinggi, hanya 37,4 persen yang memilih Prabowo-Sandiaga Uno pada Oktober 2018.
Padahal pada survei September 2018, sebanyak 46,8 persen responden berpendidikan tinggi memilih Prabowo-Sandiaga Uno. Di sisi lain, dukungan kalangan berpendidikan tinggi ke Jokowi-Ma'ruf Amin justru naik.
Pada September 2018, angkanya 40,5 persen sedangkan pada Oktober 2018 menjadi 44 persen. Selain kalangan terpelajar, elektabilitas Prabowo-Sandiaga Uno juga turun di segmen responden penghasilan menengah ke atas.
September 2018 angkanya 43,8 persen namun menjadi 34,5 persen saja pada Oktober 2018. Menurut kesimpulan LSI Denny JA, kedua kalangan responden itu merupakan kalangan yang lebih banyak mengakses informasi sehingga tahu persis kasus hoaks Ratna Sarumpaet.
Sandiaga Tak Sepakat Calon wakil presiden nomor urut 02 Sandiaga Uno tak sepakat dengan hasil survei LSI Denny JA. Ia mengatakan, hasil survei internal menunjukkan hasil sebaliknya. Elektabilitas Prabowo-Sandiaga justru dinilai semakin mengejar pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Masyarakat pun disebut semakin simpatik terhadap Prabowo-Sandiaga pasca terungkapnya hoaks Ratma Sarumpaet. Sebab menurut dia, masyarakat melihat dirinya dan Prabowo sebagai pihak yang terkecoh oleh kabar hoaks tersebut.
Selain itu, sebelum kabar hoaks terungkap, masyarakat bersimpati dengan sikap Prabowo yang menunjukkan kepedulian terhadap perempuan. Sementara itu, Juru kampanye nasional Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno, Sudirman Said, enggan menanggapi serius hasil survei LSI Denny JA.
Sudirman justru mengungkapan pengalamannya saat disurvei oleh LSI Denny JA.
"Saya cuma kasih catatan pada LSI, saya pernah disurvei, bulan November (elektabilitas) saya 10,6 persen, bulan Mei 10,6 juga. Jadi kadang-kadang kalau saya baca surveinya LSI cuma ketawa saja," ujar Sudirman saat ditemui di media center Prabowo-Sandiaga.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kerugian Prabowo-Sandiaga akibat Kasus Hoaks Ratna Sarumpaet "
Penulis : Yoga Sukmana