Sambut Hari Santri, PWNU DKI Jakarta Gelar Bedah Buku
Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DKI Jakarta menyambut Hari Santri Nasional dengan menggelar acara bedah buku.
Penulis: Dennis Destryawan
Editor: Malvyandie Haryadi
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Dennis Destryawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama DKI Jakarta menyambut Hari Santri Nasional dengan menggelar acara bedah buku berjudul 'Peta Jalan NU Abad Kedua'.
Wakil Sekretaris PWNU DKI Djunaidi Sahal mengatakan, bedah buku juga bagian dari menyambut Musyawarah Kerja Wilayah II PWNU DKI Jakarta pada 26-27 Oktober 2018 mendatang.
Baca: Rumah Obama dan Hillary Clinton Dikirimi Paket Berisi Perangkat Bom
Djunaidi mengharapkan, pengurus PWNU beserta badan otonom dan lembaga-lembaga di bawah PWNU DKI memahami tantangan NU ke depan.
"Diharapkan para pengurus PWNU beserta badan otonom dan lembaga-lembaga di bawah PWNU DKI yang akan melakukan Mukerwil mengerti akan tantangan NU ke depan," ujar Djunaidi saat dikonfirmasi wartawan, Rabu (24/10/2018).
Djunaidi menerangkan, di DKI secara organisasi bahkan tidak mempunyai lembaga pendidikan, rumah sakit atau klinik, dan lainnya. Ia mengharapkan, "Semoga kepengurusan NU DKI sekarang bisa menanamkan ide-ide dan menjadi gerakan sosial yang lebih nyata," kata Djunaidi.
Wakil Ketua Tanfidziyah PWNU DKI Ahmad Ya’la menambahkan, orang NU seharusnya tidak berfikir hidup dari NU, tapi bagaimana bisa menghidupi NU. Sayangnya, dia menilai di pos-pos strategis di negeri ini, peranan tokoh NU dinilai masih kurang.
“NU harusnya ada dimana-mana dan selanjutnya bisa menghidupi NU. Saya PNS, tapi bukan karena saya NU terus jadi PNS. Tapi karena saya PNS maka saya berfikir apa yang bisa saya lakukan untuk NU,” tuturnya.
Sementara itu, penyunting buku tersebut, yang juga Anggota DPD RI dari DKI Jakarta, Abdul Aziz, menuturkan, buku tersebut merupakan kompilasi dari sejumlah diskusi terkait NU dengan berbagai tokoh.
"Buku ini merupakan hasil diskusi dua tahun lebih sejak menjelang Muktamar di Jombang. Banyak pikiran dan kritik-kritik terhadap NU yang melihat sebenarnya NU ini besar atau kecil? Dan sebagainya. Itulah yang membuat penulisannya agak panjang," kata Aziz.
Dia menjelaskan, buku ini sangat menarik karena di dalamnya mengupas mulai dari kritik apakah NU sejak berdiri hingga sekarang sudah on the track atau belum. Juga dikupas mengenai hal-hal global hingga teknis yang perlu dilakukan NU.
"Buku ini juga menawarkan jalan baru dengan berbagai catatan bahwa kondisi terus dinamis. Kalau NU statis begini- begini saja, jangan heran kalau NU ditinggalkan. Jadi selain kegelisahan tentang NU, juga ada solusi. Juga ada tawaran identitas kebangsaan. Dan yang menarik ada semacam futuristik tentang NU," tuturnya.