Bantu Evakuasi Korban, Tim Kopaska ke Laut Pagi Sekali, Kembali ke Posko Setelah Matahari Tenggelam
Pasukan khusus TNI AL selalu berangkat pagi-pagi sekali ke tengah laut, bahkan sebelum matahari terbit.
Penulis: Amriyono Prakoso
Editor: Dewi Agustina
TRIBUNNEWS.COM, KARAWANG - Selama masa pencarian yang memasuki hari kelima, satuan Komando Pasukan Katak (Kopaska) jarang sekali terlihat saat siang hari di Posko Pantai Pakis Karawang.
Posko mereka juga tergolong jauh dari posko lainnya yang berada di bibir pantai.
52 personel yang dipimpin oleh Kolonel Laut Johan Wahyudi, pasukan khusus TNI AL itu selalu berangkat pagi-pagi sekali ke tengah laut, bahkan sebelum matahari terbit.
Begitu pula saat kembali dari laut. Pasukan yang biasa mengenakan kaos berwarna biru dan celana pendek itu, datang setelah matahari tenggelam.
Kolonel Laut Johan Wahyudi kepada Tribun mengatakan pembagian tugas untuk mereka memang sepagi mungkin sudah berada di lokasi pencarian.
Di sana, mereka segera bergabung dengan tim dari berbagai elemen.
"Kami pukul 07.00 WIB itu sudah harus sampai lokasi. Kalau perlu lebih cepat. Di sana, kita bergabung dengan tim lainnya," kata Johan Wahyudi di Karawang, Jumat (2/11/2018).
Johan mengatakan seluruh anggota yang dibawa, telah memiliki pengalaman SAR yang cukup.
Beberapa kejadian seperti tenggelamnya pesawat Adam Air, Air Asia hingga kapal karam di Danau Toba telah dilakukan.
Terlebih, alat yang dibawa juga memadai, baik dari perlengkapan penyelaman, hingga satu unit Chamber untuk memulihkan kesehatan penyelam jika terjadi hal yang tidak diinginkan.
"Iya kami bawa Chamber juga untuk penyelam. Sejauh ini, masih lancar semuanya," jelas Johan Wahyudi.
Kendala di laut, kata Johan Wahyudi, tidak terlalu masif. Arus bawah laut yang mencapai lima knot, serta lumpur lunak dari dasar laut yang masih naik, masih dapat diatasi oleh personel.
Begitu juga dengan waktu penyelaman tim Kopaska di bawah air yang sudah disiasati sedari awal.
"Kalau dikatakan kendala sekali, enggak juga. Masih berjalan sesuai rencana," ucap Johan Wahyudi.
Menurut Johan Wahyudi, penyelam hanya dapat 20 hingga 30 menit berada di dalam laut. Setelah itu, mereka harus kembali ke kapal dan istirahat sejenak.
Lalu, kembali lagi untuk 19 menit maksimal waktu yang diperbolehkan.
Setelah 12 jam kemudian, penyelam baru dapat melakukan penyelaman kembali.
"Makanya kami bawa banyak penyelam supaya waktunya cukup dan bisa bergantian," kata Johan Wahyudi.
Hasilnya, pada hari kelima, tim Kopaska menemukan bongkahan mesin dan beberapa bagian dari badan pesawat Lion Air PK-LQP yang berada tidak jauh dari temuan Flight Data Recorder.
"Jaraknya sekitar 300 meter dari temuan sebelumnya," ungkap Johan Wahyudi.
Kendati demikian, belum ada bongkahan mesin yang diangkut ke permukaan. Pasalnya, membutuhkan alat berat yang berada di Kapal Victory untuk memboyongnya ke atas.
Sementara untuk bagian-bagian yang masih dapat diatasi menggunakan tangan, tim Kopaska siap terjun kembali.
"Kalau untuk yang berat, kami akan pakai crane dari Kapal Victory. Tapi untuk serpihan kecil, tim selam yang akan angkat," imbuh Johan Wahyudi.
Bukan hanya itu, masih ada temuan jenazah yang diangkut oleh Kopaska pada hari kelima.
Baca: Sudah 4 Hari Achin Datang dari Bangka Belitung Mencari Bosnya, AKBP Sekar Maulana Korban Lion Air
Mengangkut potongan tubuh manusia masih menjadi prioritas mereka selain pencarian Kotak Hitam.
Inspeksi Seluruh Maskapai
Ditjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan akan melakukan pemeriksaan kepada seluruh penerbangan pasca jatuhnya pesawat Lion Air PK-LQP untuk memastikan keselamatan pesawat.
Plt Dirjen Perhubungan Udara, Pramintohadi menuturkan pemeriksaan akan dilakukan kepada sekitar 40 persen pesawat dari pesawat yang dimiliki oleh masing-masing maskapai nasional.
"Mengenai proses pemeriksaan yang kita lakukan terhadap maskapai lain yang direncanakan dan sedang berjalan secara rata-rata sekitar 30 persen 40 persen dari per maskapai," ujar Pramintohadi di Kementerian Perhubungan, Jumat (2/11/2018).
Nantinya pemeriksaan tersebut akan dilakukan oleh Direktur Kelaik-udaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (KPPU) yang akan ditugaskan kepada Otoritas Bandara (otban) di masing-masing wilayah operasional.
Pengecekan tersebut meliputi repetitive problems, pelaksanaan trouble shooting, kesesuaian problem dan pelakasaan aspek kelaik-udaraan hingga kelengkapan peralatan atau equipment.
"Kemudian hasil rampcheck dilaporkan oleh seluruh kepala Kantor Otban kepada Direktur KPPU dan selanjutnya disampaikan ke Dirjen Perhub Udara," papar Pramintohadi.
Sebelumnya, pihak Kementerian Perhubungan juga telah melakukan inspeksi kepada 11 unit pesawat berjenis sama dengan pesawat Lion Air PK-LQP yang jatuh di Tanjung Karawang, Jawa Barat yakni tipe Boeing 737-8 Max.
Hasilnya kesebelas pesawat tersebut laik jalan dan dalam kondisi teknis yang baik.
Ada satu pesawat yang mengalami gangguan tapi gangguan tersebut sudah berhasil diselesaikan.
"Semua yang diperiksa pada umumnya dalam kondisi baik tidak ada temuan, tidak bilang ada di kondisi aman, ini rutin memang pemeriksaan," kata Pramintohadi.(amriyono/tribunnews)