Istri Dufi Cemaskan Biaya Pendidikan Keenam Anaknya
Suasana siang hari di kediaman Dufi tampak sepi, belum ada pelayat yang datang ke korban pembunuhan di Bogor, Jawa Barat tersebut.
Penulis: Gita Irawan
Editor: Choirul Arifin
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Gita Irawan
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tiga bendera kuning tertancap di pagar kediaman Abdullah Fithri Setiawan atau Dufi di Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Kamis (22/11/2018).
Enam karangan bunga dari beberapa media massa dan lembaga lainnya masih terpasang di depan kediaman korban pembunuhan tersebut.
Bangku-bangku plastik dan meja kopi suguhan untuk para pelayat tersedia di bawah tenda depan rumah Dufi.
Suasana siang hari di kediaman Dufi tampak sepi, belum ada pelayat yang datang ke korban pembunuhan di Bogor, Jawa Barat tersebut.
Cuaca, panas terik namun gerimis rintik-rintik. Hanya tampak sebagian penghuni perumahan berlalu-lalang melihat karangan bunga yang terlihat dari jalan utama perumahan tersebut.
Putri sulung Dufi, NR (17), tampak bermain dengan keponakannya di taman depan rumahnya siang itu.
Adik Dufi, Muhammad Ali Ramdoni, lalu keluar dari rumahnya dan menawarkan kopi. "Silakan kopinya," kata pria yang akrab disapa Doni itu pada Kamis siang (22/11/2018).
Baca: Tujuh Fakta Kasus Pembunuhan Iin Puspita, Pemandu Lagu di Karaoke yang Mayatnya Disimpan di Lemari
Doni mengatakan, ia dan istri Dufi, Bayu Yuniarti Hendriani atau Iin, baru saja menghitung-hitung biaya pendidikan keenam anak kakaknya itu yakni, NR (17), HN (15), AFN (13), FSA (10), IJ (8), dan IT (6).
"Kalau kita hitung-hitung, untuk empat anaknya saja paling tidak harus mengeluarkan Rp 10 juta tiap awal tahun. Itu baru biaya sekolah, belum perlengkapan dan lain-lain," kata Doni
Doni mengatakan, kakaknya adalah sosok yang sangat peduli dengan pendidikan anaknya.
Baca: Pelesir Musim Gugur Danau Ashinoko di Taman Nasional Hutan Hakone, Perfektur Kanagawa
Bahkan kakaknya itu telah mengarahkan karir kelima anaknya sejak dini.
Namun kakaknya itu belum sempat mengarahkan anaknya yang bungsu karena ajal telah menjemputnya pada Jumat (16/11/2018) lalu.
Untuk anak pertamanya yang tengah ujian dan akan masuk dunia perkuliahan pada tahun depan, Dufi, telah mengarahkannya untuk mengikuti jejak karir ayahnya di bidang periklanan.
"Sini, Kak. Kata ayah kamu disuruh ambil kuliah apa kemarin?" tanya Doni kepada NR yang berdiri di dekatnya.
"Ilkom (Ilmu Komunikasi) advertising," jawab NR.
Doni mengatakan, bahkan Dufi sempat mengantar anak sulungnya itu ke Universitas 11 Maret di Solo untuk survei usai lebaran tahun ini.
"Iya sudah survei sama papah," jawab NR ketika dikonfirmasi Doni.
Doni pun sempat memanggil empat anak Dufi lainnya dan menanyakan apa pesan terakhir almarhum ayah mereka soal pendidikan.
Satu per satu, mereka pun menjawab singkat dan melintas lalu.
Untuk kelima anaknya yang lain, Dufi mengarahkan mereka untuk menjadi dokter gigi, arsitek, pilot, dan ulama.
Menurut Doni, anak-anak Dufi terbilag anak yang penurut dan berprestasi di sekolahnya.
Mereka juga terbilang aktif di kegiatan-kegiatan sekolahnya.
Doni mengatakan, anak-anak Dufi sebenarnya sosok yang kurang percaya diri.
Namun, dengan sabar Dufi terus memotivasi mereka untuk meraih prestasi dan aktif di berbagai organisasi di sekolah.
"Setelah ayah mereka almarhum, sekarang jadi tanggung jawab kami untuk memotivasi mereka," kata Doni.
Doni mengatakan, perhatian Dufi ke dunia pendidikan anak-anaknya menurun dari ayah mereka yang merupakan tokoh masyarakat yang aktif di Muhammadiyah dan bidang pendidikan.
"Dari delapan bersaudara, almarhum paling mirip sama Bapak. Dia selalu menitipkan anaknya ke kepala sekolah tiap anaknya masuk ke jenjang pendidikan," kata Doni.
Doni bersyukur ada tokoh seperti Amien Rais yang mau datang dan membantu biaya pendidikan anak-anak Dufi.
Amien yang datang pada Rabu (21/11/2018) datang untuk melayat dan memberi bantuan Dufi karena menurutnya kakaknya itu aktif di berbagai kegiatan PP Muhammadiyah.
"Insya Allah nanti akan diberi Rp 12 juta per bulan selama lima tahun sama Pak Amien, alhamdulillah," kata Doni.
Sementara itu, ia juga telah mendapat bantuan biaya pendidikan dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) sampai selesai kuliah.
Ada juga lembaga Lembaga Zakat Infaq dan Shadaqah Muhammadiyah yang juga mau membantu biaya pendidikan anak-anak Dufi meski jumlah dan teknisnya masih tengah dibicarakan.
"Saya sudah follow up. Sudah saya serahkan surat-surat dari sekolah dan rapot ke Pak Amien dan BAZNAS," kata Doni.
Meski begitu, Doni mengatakan keluarga dan Iin masih mengkhawatirkan biaya pendidikan bagi anak bungsu Dufi yang baru mau masuk Sekolah Dasar.
Itu karena menurut perhitungannya dan keluarga Dufi, masih ada 17 tahun sampai anak bungsu Dufi lulus kuliah.
Kekhawatiran itu datang selain karena Iin tidak memiliki pemasukan karena bekerja sebagai ibu rumah tangga, namun juga usia Iin yang menurut hitungan mereka akan masuk usia 60 tahun ketika anak bungsunya itu kuliah.
Saking khawatirnya, Iin bahkan sempat mengatakan akan membawa pulang dua anak Dufi yang tengah pesantren di Bogor, Jawa Barat.
"Istri almarhum sempat drop. Sempat bilang udahlah anak-anak nggak usah pesantren, di sini aja' saya bilang, jangan. Pesantren kan lunayan, untuk anak-anak yang pesantren ini aja biayanya Rp 1 juta, belum uang jajannya. Langsung kalut. Ya alhamdulillah ada yang bantu," kata Doni.