Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

SP PLN Desak Presiden Rombak Direksi PLN, ini Alasannya

SP PLN menuding manajemen perseroan bertindak sembrono dalam mengelola perusahaan, bahkan sudah sampai tahap salah urus

Editor: Eko Sutriyanto
zoom-in SP PLN Desak Presiden Rombak Direksi PLN, ini Alasannya
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
Direktur Utama PT Nusantara Regas Tammy Meidharma (kanan) bersama Komisaris Utama Tanudji Darmasakti (kedua kanan), Kepala Satuan Gas dan BBM PT PLN (Persero) Chairani Rachmatullah (kedua kiri), dan Direktur Pengembangan Usaha PT Elnusa Tbk. Budhi N. Pangaribuan (kiri) bersiap melakukan peletakan batu pertama pembangunan proyek Meter Gas Muara Karang Peaker di Jakarta, Senin (11/9/2017). PT Nusantara Regas, anak perusahaan PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk. membangun Meter Gas Muara Karang Peaker untuk optimalisasi pasokan ke pembangkit baru PJB Muara Karang Peaker 500 MW, yang merupakan bagian dari proyek 35.000 Megawatt. TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Serikat Pekerja PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) / SP PLN mendesak pemerintah khususnya Presiden Jokowi untuk segera turun tangan mengatasi karut marutnya perusahaan setrum negara tersebut.

SP PLN menuding manajemen perseroan bertindak sembrono dalam mengelola perusahaan dan bahkan sudah sampai tahap salah urus.

Hal itu ditunjukkan dengan berbagai kebijakan direksi yang blunder sehingga membuat beban PLN semakin berat.

Salah satu bentuk kebijakan yang dianggap ngawur kebijakan take or pay, program 35.000 mw yang tetap dilanjutkan padahal pasokan listrik sudah surplus.

Padahal biaya operasional PLN mencapai ratusan triliun, sementara akibat pasokan yang berlebihan dan skema take or pay diberlakukan maka kelebihan pasokan tersebut tetap harus dibayar oleh PLN. 

Dengan kondisi ini secara otomatis akan menggerus keuangan PLN.

Terbukti hingga triwulan III 2018 lalu kerugian yang dialami PLN mencapai Rp18,48 triliun.

Baca: KPK Periksa Petinggi PT PLN Batubara dan PT Samantaka untuk Idrus Marham

Berita Rekomendasi

Diyakini kerugian PLN akan semakin membengkak hingga akhir tahun ini lantaran tidak ada kenaikan tarif PLN. 

Ketua Umum SP PLN, Jumadis Abda  menegaskan pihaknya sudah mengingatkan sejak lama terkait kebijakan-kebijakan direksi yang salah tersebut.

Bahkan surat dari Menteri Keuangan, Sri Mulyani, pada September 2017 yang mengingatkan agar PLN berhati-hati dalam mengelola keuangan perseroan.

Namun nyatanya direksi tidak memperhatikan dan justru terus memberlakukan kebijakan - kebijakan menyimpang tersebut.

"Kami sangat mengkhawatirkan kondisi PLN ini, namun sejak lama kita suarakan tapi tetap saja. Oleh sebab itu kita minta Presiden untuk mengganti direksi PLN yang membuat PLN semakin terpuruk serta menderita kerugian besar. Jangan berlarut-larut sebab kedepan akan membebani masyarakat," kata Jumadis Abda dalam konferensi persnya, di Jakarta, Rabu (5/12).

Dominasi swasta dalam proyek-proyek infrastruktur ketenagalistrikan dalam program 35.000 MW dianggap satu kebijakan yang paling absurd.

Padahal kebutuhan riil sesuai hitungan hanya sekitar 20.000 MW.

Artinya PLN harus menanggung kelebihan produksi dari swasta tersebut yang dibayar dalam mata uang dolar.

Parahnya lagi akibat penggunaan dolar yang berlebihan membuat nilai tukar rupiah semakin terpuruk dan mendorong defisit transaksi berjalan semakin melebar.

"Apa yang kita sampaikan sebelumnya sekarang udah terlihat dan terbukti, kondisi keuangan PLN semakin tidak menentu. Kalau waktu itu kita didengar mungkin keadaannya tidak seperti ini," kata dia.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas