Raker Keagamaan Hindu, Menag Tekankan Updating Data
Tiga pesan Menag tersebut ialah Updating Data, Pemaksimalan Pelayanan, dan Percepatan Realisasi Program.
Editor: Hasiolan Eko P Gultom
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Berbicara di hadapan para peserta rapat kerja pusat, daerah dan perguruan tinggi keagamaan Hindu, Menteri Agama (Menag) Lukman Hakim Saifuddin memberikan tiga pesan yang harus menjadi hasil dalam agenda raker yang dihadiri sebanyak 159 peserta tersebut di Hotel Santika, Jakarta pada Selasa (12/2/2019).
Tiga pesan Menag tersebut ialah Updating Data, Pemaksimalan Pelayanan, dan Percepatan Realisasi Program.
Menag menekankan ketiga hal itu, khususnya terkait Updating Data haruslah menjadi hasil yang didapat dalam raker yang akan berlangsung pada Selasa-Kamis (11 hingga 13 Februari) tersebut.
Menurutnya, masyarakat itu kian dinamis, maka datanya pun akan terus berubah, sehingga harus selalu diperbaharui agar tak tertinggal.
“Saya ingin tahun ini pendataan kita terintegrasi dengan baik. Maka untuk itu, diperlukan updating data. Masyarakat kita itu kan dinamis maka datanya pun akan berubah dan berkembang, maka data harus terus updating, sehingga diperlukan sistem yang baik, apalagi kita terbantu dengan perkembangan teknologi,” ujar Lukman Hakim dalam keterangan yang diterima, Rabu (13/2/2019).
“Saya minta rapat kerja kali ini khususnya di Bimas Hindu, kita memiliki data yang akurat dalam semua hal. Saya berharap data-data yang kita miliki dapat updating, seperti data jumlah asrama, jumlah lembaga perguruan tinggi kita, tokoh agama, keahlian setiap tokoh-tokoh agama dan ada dimana saja mereka,” tekannya.
Politisi PPP itu menambahkan, dengan adanya data yang akurat dan akuntabel akan membantu dalam perencanaan program dan pelayanan kepada masyarakat, khususnya di bidang keagamaan.
Menurutnya, ketepatan dalam merealisasikan program-program pelayanan sangat bergantung terhadap keakuratan data yang dimiliki.
Bahkan, pria kelahiran Jakarta 1962 itu meminta agar diadakan pangkalan-pangkalan data baru.
“Saya meminta Bimas Hindu sangat serius untuk melakukan pembaruan data. Kalau perlu bentuk pangkalan-pangkalan data yang baru yang belum kita miliki. Sehingga kita bisa terus melakukan updating dan integrasi data,” tuturnya.
Terkait dengan updating data, Bimas Hindu telah membuat aplikasi yang diberi nama pelayanan Sistem Informasi Hindu (Sindu) yang di-launching dalam acara raker tersebut oleh Menag.
Layanan tersebut merupakan wadah penyimpanan data-data yang terintegrasi mulai dari data pendidikan, data penyuluh, guru agama, data pegawai dan data lainnya.
Dirjen Bimas Hindu Kemenag, Ketut Widnya MA mengatakan layanan Sindu merupakan implementasi dari mantra yang disampaikan oleh Menag dalam acara Rakernas lalu (Moderasi Beragama, Kebersamaan, dan Integritas Data) yang nantinya akan menjadi layanan satu pintu, sehingga mempermudah masyarakat memperoleh informasi terkait kebutuhan masing-masing.
“Jadi nanti semua data ada disana. Data ini adalah data yang terintegrasi, misalnya data pendidikan, penyuluh, guru agama, data pegawai. Nah, ini terintegrasi dalam rangka kita pelayanan satu pintu,” katanya.
Menurut Widnya, banyak kemudahan-kemudahan yang didapat dari adanya layanan Sindu, salah satunya kemudahan masyarakat mendapatkan informasi yang dibutuhkan, khusus dalam pengurusan administrasi.
Ia mencontohkan, jika ada Lembaga pendidikan yang ingin mengajukan prodi baru, tak harus repot-repot mengantarkan dokumen ke Jakarta, karena semuanya berbasis online.
"Kalau ada yang mau membuat prodi baru, dia tidak harus membawa dokumennya ke Jakarta, dia cukup online (menggunakan aplikasi Sindu,red), jadi nanti dia tinggal online. Nanti akan ada laporan bahwa pengajuan ijin anda sudah kami terima. Nanti diperiksa disini dan ada tim yang memeriksa sampai diputuskan,” tuturnya.
Selain itu, Sindu lanjut Widnya, memiliki manfaat untuk menyebarkan moderasi keberagamaan, sehingga layanan itu bisa menjadi media dakwah keagamaan kepada masyarakat, sehingga akan membentuk masyarakat beragama yang harmonis dan terhindar dari paham radikalisme.
Widnya mengakui bahwa dalam pembuatan layanan Sindu, khususnya pengumpulan data merupakan suatu pekerjaan yang sulit dan membutuhkan waktu yang cukup lama demi menghasilkan data yang akurat dan akuntabel.
“Integrasi data ini pekerjaan yang besar dan tidak cukup hanya setahun, terus kita tingkatkan terus. Kita butuh data yang akurat dan akuntabel, kalau data tidak akurat, maka perencanaan kita tidak akurat, karena kita selalu terhalang oleh data,” katanya. (*)