Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Hasil Survei indEX, Menurunnya Elektabilitas PDIP dan Peluang Dua Partai Baru Lolos

“Penurunan tajam capaian elektabilitas PDIP diperkirakan karena migrasi pemilih muslim ke partai-partai nasionalis lainnya,”

Penulis: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Hasil Survei indEX, Menurunnya Elektabilitas PDIP dan Peluang Dua Partai Baru Lolos
TRIBUN JABAR /GANI KURNIAWAN
Seorang warga mengamati gambar partai politik peserta Pemilu tahun 2019 di acara Pemilu Expo di area Car Free Day (CFD) Dago, Jalan Ir H Djuanda, Kota Bandung, Minggu (11/11/2018). Acara yang diselenggarakan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Barat itu, sebagai ajang sosialisasi Pemilu Serentak yang akan digelar 17 April 2019. (TRIBUN JABAR/GANI KURNIAWAN) 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Lembaga survei Indonesia Elections and Strategic (IndEX) Research kembali merilis hasil surveinya terkait elektabilitas partai politik.

Dari temuannya, elektabilitas PDIP menurun hingga ke posisi awal survei pertama indEX pada Desember 2018 lalu.

Baca: KPU Bakal Umumkan Partai Politik yang Menutup Diri Soal Informasi Para Calegnya

Saat ini elektabilitas PDIP tinggal 22,9 persen.

“Penurunan tajam capaian elektabilitas PDIP diperkirakan karena migrasi pemilih muslim ke partai-partai nasionalis lainnya,” ungkap Direktur Eksekutif indEX Research Vivin Sri Wahyuni dalam keterangan persnya, pada Jumat (22/2/2019).

Faktor paling kuat yang menandai fenomena tersebut adalah bergabungnya mantan gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Menurut Vivin, publik masih sangat resistan dengan kemunculan kembali Ahok dalam kancah politik nasional.

“Memori kasus penistaan agama pada Pilkada DKI terus terjaga, terlebih momentum reuni Alumni 212 yang tak pernah surut dukungan luas masyarakat,” jelas Vivin.

Berita Rekomendasi

Vivin mengatakan, ke mana larinya suara pemilih PDIP perlu ditelisik lebih lanjut.

Tetapi kenaikan pada beberapa parpol lain yang berhaluan nasionalis menunjukkan kemungkinan perpindahan suara tersebut.

Vivin menyebutkan parpol-parpol seperti Gerindra, Golkar, dan Demokrat yang cenderung stabil.

Di sisi lain NasDem, PSI, dan Perindo mengalami peningkatan elektabilitas.

“Elektabilitas Gerindra masih berada pada angka 14,8 persen, Golkar 10,5 persen, dan Demokrat 4,7 persen,” papar Vivin.

Sementara itu NasDem sedikit mengalami kenaikan menjadi 4,3 persen, mendekati posisi Demokrat sebagai juru kunci lima besar.

Demikian pula dengan Perindo yang naik elektabilitasnya menjadi 3,4 persen.

Kenaikan paling signifikan terjadi pada Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

“Melejit ke angka 4,1 persen, PSI kini mengamankan posisi untuk dapat lolos menembus parliamentary threshold,” kata Vivin.

Lompatan elektabilitas PSI cukup menarik, mengingat keseriusan kader-kadernya dalam membangun awareness kepada publik, lanjut Vivin.

“Cara PSI berkampanye dengan meluncurkan video pendek Grace Natalie menimbulkan perbincangan publik,” jelas Vivin.

Publik tampaknya merindukan politik yang riang dan gembira, alih-alih adu kebohongan dan kebencian seperti marak di media sosial.

“Video PSI tersebar luas di berbagai platform media sosial termasuk grup-grup Whatsapp,” tutur Vivin.

Faktor lain yang diduga berkontribusi pada peningkatan elektabilitas PSI adalah ketegasan sikap parpol tersebut soal pendirian rumah ibadah.

“Selama bertahun-tahun isu kebebasan beragama menjadi sorotan publik, di antara partai-partai nasionalis hanya PSI yang paling jelas sikapnya terhadap deregulasi rumah ibadah,” terang Vivin.

Parpol-parpol lain masih harus berjuang untuk bisa lolos ke Senayan, termasuk parpol seperti PPP (3,2 persen), PKS (3,0 persen), PAN (2,8 persen), dan Hanura (1,1 persen).

Demikian pula dengan parpol kecil seperti PBB (0,8 persen), PKPI (0,3 persen), serta pendatang baru Berkarya (0,6 persen) dan Garuda (0,2 persen).

“Dengan memperhitungkan margin of error, Perindo akan menemani PSI sebagai parpol baru yang berpeluang masuk ke parlemen,” pungkas Vivin.

Baca: Partai Politik Harus Punya Sikap Tegas

Survei indEX Research dilakukan pada 11-15 Februari 2019, dengan jumlah responden 1200 orang.

Metode survei adalah multistage random sampling dengan margin of error ±2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas