Ongkos Produksi Tinggi, Investor pun Lari
Ongkos produksi yang dinilai masih tinggi, membuat para investor di dalam negeri berlarian ke luar negeri.
Editor: Content Writer
Ongkos produksi yang dinilai masih tinggi, membuat para investor di dalam negeri berlarian ke luar negeri. Walau regulasi sudah sangat baik disusun, ternyata implementasinya masih membutuhkan waktu dan pengalaman.
Wakil Ketua Komisi XI DPR RI Achmad Hafisz Tohir menyampaikan hal tersebut saat diwawancara Parlementaria lewat pesan singkat, Minggu (16/3/2019).
Komentar ini berkaitan dengan rilis Bank Dunia yang menempatkan Indonesia di peringkat 73 dunia dalam urusan kemudahan berinvestasi. Indonesia kalah dari negara-negara ASEAN lainnya dalam menarik investor.
“Negara-negara ASEAN kebanyakan mampu bersaing karena ongkos produksinya rendah. Regulasinya juga tidak berbelit, sehingga memurahkan biaya produksi. Untuk biaya buruh di Thailand, Vietnam, dan Filipina jauh lebih murah, sehingga jadi sasaran investor. Sementara di Indonesia sendiri suhu politik sedang tinggi jelang Pemilu. Ini menjadikan para investor bersikap wait and see," tutur politisi PAN tersebut.
Seperti diketahui dalam rilis Bank Dunia disebutkan, Singapura berada di urutan kedua dalam urusan kemudahan berinvestasi tahun 2019. Disusul Malaysia (15), Thailand (27), Brunei (54), dan Vietnam (59). Hafisz juga menambahkan catatan penting terkait iklim investasi di dalam negeri.
Di antaranya tiket pesawat di Indonesia kalah bersaing dengan negara-negara ASEAN lainnya. Belum lagi harga gas, listrik, dan telepon jauh lebih mahal daripada negara-negara tetangga.(*)