Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Ketika Wiranto Bicara Analogi Memilih Pemimpin dan Sopir Bus Berpenumpang Penuh

Saat ini, sang sopir bus itu telah berhasil melewati halte pertama dan sedang berusaha menuju halte pemberhetian kedua.

Penulis: Danang Triatmojo
Editor: Hasanudin Aco
zoom-in Ketika Wiranto Bicara Analogi Memilih Pemimpin dan Sopir Bus Berpenumpang Penuh
TRIBUNNEWS.COM/Vincentius Jyestha
Menkopolhukam Wiranto saat ditemui di Rakornas Kewaspadaan Nasional Penyelenggaraan Pemilu Tahun 2019 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -  Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menkopolhukam) Wiranto menganalogikan memilih pemimpin di Pilpres 2019 sama seperti memilih sopir bus.

Indonesia dia analogikan sebagai bus.

Sedangkan supirnya adalah cermin dari sosok sang presiden.

Katanya, sopir yang mengendarai bus tersebut diibaratkan sedang menuju kota tujuan akhir, namun harus lebih dulu melewati beberapa halte.

Saat ini, sang sopir bus itu telah berhasil melewati halte pertama dan sedang berusaha menuju halte pemberhetian kedua.

"Saya selalu mengibaratkan Indonesia adalah orang yang begitu banyak, naik bis yang besar sekali yang namanya Indonesia, akan mencapai kota tujuan di sana, belum sampai, masih di etape pertama, menuju etape kedua," terang Wiranto dalam sambutannya di acara Rakornas Kewaspadaan Pemilu 2019 di Hotel Grand Paragon, Jakarta Pusat, Rabu (27/3/2019).

Baca: Prabowo Subianto Bakal Kampanye Terbuka di Gelora Bung Karno pada 7 April 2019

Baca: Pengamat: Publik Akan Lihat Tingkat Kepemimpinan Jokowi dan Prabowo dalam Debat Keempat Pilpres 2019

Lanjut dia, dalam perjalanan menuju tempat pemberhentian pertama, sang sopir nampak bagus dibelakang kursi kemudinya. Dia hati-hati, pintar dan cukup mahir menjaga bus nya tetap dalam lajur yang benar.

Berita Rekomendasi

"Etape pertama sudah bagus, sopir busnya sudah hati-hati, dia pintar, mahir dan sampai pada tujuan pertama," imbuhnya.

Atas ceritanya tadi, Wiranto mengatakan kesempatan Pemilu layaknya memilih sopir bus. Terlihat cukup mudah dan tidak ribet.

Poinnya, pemilih dibebaskan pada pilihan sopir bus yang punya pengalaman atau tidak pengalaman, berilmu atau tidak punya ilmu, sopir sabar atau yang galak. Sesederhana itu, kata Wiranto.

"Tinggal dipilih kan? Sebenarnya sederhana saja, tetapi kok jadi sulit. Maka saya jelaskan, sederhanakan saja. Ini nggak kampanye, ini realitas," cetus Wiranto seraya disambut tepuk tangan para hadirin yang memenuhi ruangan acara.

Sebagai pemeluk agama Islam, Wiranto berujar dalam hadis yang ia dengarkan dari seorang Kiai, bahwa, berikanlah sesuatu perkara kepada seorang yang memang ahlinya, dan bukan sebaliknya.

Karena bila diberikan pada mereka yang tidak ahli, maka kehancuran tatanan negara hanya tinggal menunggu waktu saja. Alasan yang ia catut dari hadis itu disebut sangat rasional.

Untuk itu, Wiranto mengajak para pemilih memutuskan pilihan pada mereka yang benar-benar ahli.

"Di dalam salah satu hadis, yang menyatakan bahwa berikah suatu perkara kepada ahlinya, kalau bukan ahlinya, maka tunggu kehancurannya. Saya bukan Kiai, tetapi saya dengar dari Kiai. Berikan perkara kepada ahli, kalau bukan ahli, maka tunggu kehancurannya, itu normal, itu rasional," kata dia.

"Sukses, dalam kamus itu ada kesinambungan, pembangunan ini tidak boleh berhenti, harus berlanjut," imbuhnya lagi.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2024 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas