Nikmati berita interaktif dan LIVE report 24 jam hanya di TribunX
Tribun

Awal Musim Kemarau, Siaga Antisipasi Karhutla

"Hingga saat ini, wilayah Riau menjadi daerah yang terus dipantau oleh BNPB dan lembaga lain terutama dalam kaitan kebakaran hutan dan lahan," katanya

Editor: Imanuel Nicolas Manafe
zoom-in Awal Musim Kemarau, Siaga Antisipasi Karhutla
Dok. BNPB
Wilayah Riau menjadi daerah yang terus dipantau oleh BNPB dan lembaga lain terutama dalam kaitan kebakaran hutan dan lahan yang terus meningkat. Data yang berhasil dihimpun, perluasan kebakaran hutan dan lahan mencapai 2.830 hektar per 1 Januari - 28 Maret 2019 

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho memprediksi, awal musim kemarau tahun 2019 di Indonesia jatuh pada bulan April-Mei.

Sutopo Purwo Nugroho menjelaskan, masa transisi musim dari penghujan menuju kemarau tersebut ditandai dengan fenomena musim pancaroba dengan ciri-ciri di antaranya terjadi perubahan cuaca ekstrem, dari terik menjadi hujan lebat, angin kencang hingga suhu yang berubah-ubah.

Baca: Karhutla di Pulau Rupat Padam, Panglima TNI Sampaikan Terima Kasih Kepada Prajurit TNI

Kendati demikian, tidak semua wilayah mengalami perubahan musim kemarau secara bersamaan.

"BNPB mengimbau agar masyarakat Indonesia lebih meningkatkan kewaspadaan menghadapi musim kemarau yang diperkirakan akan memasuki puncaknya pada bulan Agustus. Terutama di wilayah yang rawan dengan kebakaran lahan seperti di Kalimantan Timur dan sebagian wilayah Sumatera, khususnya Riau," kata Sutopo Purwo Nugroho dalam keterangan persnya, Jumat (29/3/2019).

Meski musim kemarau diperkirakan masuk pada bulan April-Mei ini, namun belum semua wilayah mengalami perubahan musim (masih penghujan), atau malah sebaliknya bahwa ada wilayah yang sudah mengalami dampak kekeringan.

BNPB mengimbau agar warga mempersiapkan diri untuk menghadapi musim kemarau tersebut, khususnya Riau, dan wilayah yang rawan dengan kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Foto kebakaran hutan diambil dari udara. Adapun kasus terbesar dalam karhutla tersebut adalah meluasnya kebakaran lahan gambut yang berada di 12 kota/kabupaten di Provinsi Riau dengan wilayah terluas adalah di Bengkalis, dengan total area terbakar hingga 1.277,8 hektar
Foto kebakaran hutan diambil dari udara. Adapun kasus terbesar dalam karhutla tersebut adalah meluasnya kebakaran lahan gambut yang berada di 12 kota/kabupaten di Provinsi Riau dengan wilayah terluas adalah di Bengkalis, dengan total area terbakar hingga 1.277,8 hektar (Dok.BNPB)

"Hingga saat ini, wilayah Riau menjadi daerah yang terus dipantau oleh BNPB dan lembaga lain terutama dalam kaitan kebakaran hutan dan lahan yang terus meningkat," ucap Sutopo Purwo Nugroho.

Berita Rekomendasi

Data yang berhasil dihimpun, perluasan kebakaran hutan dan lahan mencapai 2.830 hektar per 1 Januari - 28 Maret 2019.

Adapun kasus terbesar dalam karhutla tersebut adalah meluasnya kebakaran lahan gambut yang berada di 12 kota/kabupaten di Provinsi Riau dengan wilayah terluas adalah di Bengkalis, dengan total area terbakar hingga 1.277,8 hektar.

Dalam rangka tanggap darurat dan guna menanggulangi bencana karhutla tersebut, BNPB bersama sejumlah lembaga dan beberapa pihak swasta telah mengirimkan sedikitnya 12 helikopter, masing-masing 3 dari BNPB, 3 milik Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), 2 dari TNI, 1 dari Polri dan 3 helikopter milik swasta, serta satu pesawat khusus hujan buatan dengan total 36,8 ton NaCl.

"Kendati hujan buatan telah dibuat dan pemadaman karhutla dari darat dan udara sudah dilakukan, namun titik panas (hotspot) masih terpantau," katanya.

Hal ini dikarenakan ketebalan lahan gambut sendiri mencapai 36 meter, sehingga meski telah dilakukan pemadaman, namun titik api muncul kembali.

Selain itu, sulitnya sumber air, terik matahari dan kencangnya angin juga mempengaruhi munculnya titik-titik api pascapemadaman.

Perlu diketahui bahwa kedalaman lahan gambut yang terbakar seperti yang di Riau sendiri mencapai 3,6 meter. Jadi meski sudah padam di bagian atas, tetapi bara api masih ada di bagian bawahnya.

Baca: Penanganan Karhutla di Riau, Hotspot Menurun Drastis

Hal itu diperburuk dengan kesulitan lain seperti susahnya sumber air, terik matahari dan angin kencang sehingga api muncul kembali.

"Hingga saat ini, tim satgas darat dan udara terus melakukan pemantauan dan penanggulangan kebakaran hutan yang berada di wilayah Riau dan sekitarnya," tutur Sutopo Purwo Nugroho.

Dapatkan Berita Pilihan
di WhatsApp Anda
Baca WhatsApp Tribunnews
Tribunnews
Ikuti kami di
© 2025 TRIBUNnews.com,a subsidiary of KG Media. All Right Reserved
Atas