Mainkan Isu Poligami, Survei LSI Denny JA Ungkap PSI Terancam Gagal Lolos Parlemen
Suaranya masih berada di bawah ambang batas 4 persen, dimana elektabilitas partai itu hanya berkisar 0,2 persen.
Penulis: Vincentius Jyestha Candraditya
Editor: Fajar Anjungroso
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Vincentius Jyestha
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Hasil survei LSI Denny JA menunjukkan Partai Solidaritas Indonesia (PSI) tidak lolos parlemen, karena suaranya masih berada di bawah ambang batas 4 persen, dimana elektabilitas partai itu hanya berkisar 0,2 persen.
Peneliti LSI Denny JA, Rully Akbar mengatakan penyebab elektabilitas PSI yang rendah dikarenakan program kerjanya tidak menuai simpati masyarakat, bahkan memunculkan resistensi, khususnya pada kalangan pemilih muslim.
"Mereka mengambil visi dan misi yang belum tentu disukai khalayak ramai. Mereka memainkan (isu penghapusan) perda Syariah, kemudian memainkan (isu penghapusan) poligami. Kita tahu, pemilih Indonesia 90 persen muslim," kata Rully, di Jakarta, Jumat (5/4/2019).
"PSI masuk di isu yang sangat sensitif yang mempengaruhi (suara) mayoritas," sambungnya.
Ia memahami bahwa isu penghapusan Perda Syariah dan Poligami merupakan strategi partai besutan Grace Natalie itu untuk meraup ceruk pemilih minoritas. Namun, melihat elektabiltas PSI yang masih nol koma, ia menilai upaya tersebut gagal.
Baca: PSI Usul Gelar Debat Antar-Partai Politik untuk Dongkrak Kepedulian Masyarakat Terhadap Pileg 2019
"Pemilih non-muslim ini kan belum tentu semuanya memilih PSI. Pemilih minoritas ini kan sudah merapat ke partai lama, seperti salah satunya PDIP," kata dia.
Lebih jauh, sebagai partai baru Rully melihat PSI sebenarnya memiliki diferensiasi dengan parpol-parpol lain. Akan tetapi faktanya, diferensiasi ini belum bisa mengangkat elektabilitas PSI sampai saat ini.
"PSI belum bisa meyakinkan publik bahwa PSI bisa menjadi (alat) perubahan. Ini butuh proses," jelas Rully.
Adapun selain PSI, menurut survei LSI Denny JA, partai yang terancam tidak lolos ke parlemen yakni PBB (0,2 persen), PKPI (0,1 persen), Partai Garuda (0,1 persen), dan Berkarya (0,7 persen). Sementara, PAN (3,1 persen), PKS (3,9 persen), PPP (2,9 persen), Nasdem (2,5 persen), dan Perindo (3,9 persen) juga belum aman untuk lolos ke Senayan.
Survei ini digelar pada periode 18 sampai 26 Maret 2019 dengan melibatkan 1.200 responden di 34 provinsi Indonesia. Dilakukan dengan metode multistage random sampling dengan Margin of error 2,8 persen.