Cerita Tiga Sahabat Jokowi saat Naik Gunung Kerinci: Pendiam, Sepatu Kets, Ketinggalan Pesawat
Pendakian ke Gunung Kerinci menghabiskan 14 hari, dihitung mulai berangkat dari Yogya sampai lokasi, pergi pulang.
Penulis: Fitri Wulandari
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-Persahabatan menjadi satu bagian penting dalam hidup setiap manusia, termasuk Presiden Joko Widodo (Jokowi). Ia mempunyai 13 teman dalam melakukan kegiatan mendaki gunung.
Jokowi pernah melakukan pendakian ke Gunung Kerinci pada 1983 silam, bersama belasan orang teman sesama anggota Mapala Silvagama, unit kegiatan mahasiswa (UKM) khusus pecinta alam di Universitas Gajah Mada (UGM).
Sebagai mahasiswa Fakultas Kehutanan Angkatan 1980, Jokowi semasa kuliah akrab dengan hal-hal yang berhubungan dengan alam.
Baca: Jokowi Sosok Netral Dituangkan dalam Buku Jokowi Travelling Story: Kerinci 1983
Cerita‑cerita menarik mengenai sosok Jokowi, pengalaman, serta kesaksian rekan‑rekan pendaki Gunung Kerinci itu pun akhirnya dituangkan dalam buku berjudul Jokowi Travelling Story: Kerinci 1983, diluncurkan di Pulau Dua Resto, Jakarta Selatan, Senin (8/3/209) malam lalu.
Buku setebal 116 halaman dan ditulis oleh Rifqi Hasibuan tersebut berisi segala hal yang dialami Jokowi dan rekan-rekannya ketika mendagi Gunung Kerinci, Sumatera Barat.
"Kebetulan kami satu sekolah ya (di UGM), jadi tergabung di mahasiswa pecinta alam Silvagama, Fakultas Kehutanan UGM," ujar Ucok Nasution, teman Jokowi.
Baca: Jokowi Mengaku Datang dari Kampung, Karena Kehendak Allah Jadi Presiden
Ia juga satu angkatan dengan Jokowi, mahasiswa Fakultas Kehutanan angkatan 1980.Pada 1982 Jokowi cs merencanakan pendakian ke Gunung Kerinci.
"Saat itu Pak Jokowi sebetulnya bukan leader, (dia tipe) tidak banyak omong, pendiam. Namun, ia banyak memberi solusi seperti waktu kita kesulitan untuk berangkat ke Padang dari Jakarta," katanya.
Semula para mahasiswa itu hendak menumpak pesawat Hercules C-30 TNI AU. Namun sampai di Jakarta ternyata mereka ketinggalan pesawat angkut militer itu.
"Sebenarnya kami sudah nyerah, nggak jadi naik Gunung Kerinci. Tapi Pak Jokowi bilang, kita sudah sampai Jakarta, harus jalan terus. Ia bilang kami harus cari kendaraan lain, yaitu naik bus," kata Ucok Nasuiton.
Mereka kemudian naik bus sampai ke Kota Padang. Ketika ketika kami tanya sopir bus, ia bilang perjalanan memerlukan waktu 2 sampai 3 hari.
Pada saat itu Fakultas Kehutanan UGM mahasiswanya kebanyakan laki-laki, sehingga kesannya nakal-nakal. "Jokowi sih nggak nakal, cuma pendiam. Pak Jokowi itu pemersatu antara teman‑teman yang waktu itu kental dengan politik," katanya.
Baca: Gowes Nusantara 2019 Akan dimulai Dari Kota Padang, Deput III Kemenpora Paparkan Alasannya
Ternyata di antara 14 orang tersebut yang berhasil sampai ke puncak lebih dulu yaitu Jokowi dan seorang lainnya. "Yang lain berceceran. Karena apa? Banyak teman‑teman yang terkendala, di antaranya menderita kupingnya sakit ketika berada di atas ketinggian 3.000 meter," kata Ucok.
Apa hal unik yang dilakukan Jokowi satt pendakian Kerinci? "Saat itu ia sudah tanya-tanya ke penduduk setempat. Ia datangi orang di rumah itu, ada yang sakit, terus dia kasih obat padahal nggak tahu sakit apa, pokoknya dikasih obat saja," tambahnya.
Ia masih ingat nama desa itu Kersik Tuo, pintu masuk ke Kerinci. "(Desa itu) masih terbelakang banget. Orang desa jarang minum obat, kalau dikasih obat itu sembuh. Dia (Jokowi) kasih obat buat warga yang ngeluh sakit. Macam-macam lah, sakit rematik dikasih obat flu (bisa) sembuh," kenang Ucok Nasution.
Sepatu kets
Saat akan kembali ke Jakarta, tim pendaki gunung itu kehabisan dana. "Beliau kasih solusi yaitu minta bantuan kepada kakak‑kakak tingkat alias senior kami yang saat itu sudah bekerja," tambahnya.
Pendakian ke Gunung Kerinci menghabiskan 14 hari, dihitung mulai berangkat dari Yogya sampai lokasi, pergi pulang. "Pendakiannya memakan waktu sekira 5 harian, karena dibarengi ekspedisi mengenai flora dan fauna. Di kaki gunung Kerinci itu ada taman nasional namanya Kerinci Seblat," tambah Ucok.
Medan di Kerinci sulit atau tidak? "Dulu ada beberapa dari teman kami yang sudah biasa (mendaki Kerinci). Saat itu belum ada GPS (global positioning system), jadi kami baca peta dan bawa kompas," kata Ucok.
Sedang Erwansyah, juga teman Jokowi di Mapala Silvagama, menyebut karakter pria asal Solo dari dulu tak berubah. "Dia orangnya sabar, fokus dan disiplin, itu yang pasti, dan dia punya prinsip ya, dia tidak pernah mau ribut, tidak pernah marah dan sebagainya," kata Erwansyah.
Menurutnya, kesukaan Jokowi pakai sepatu kets sudah sejak dulu. "Teman-teman pendaki gunung suka pakai sepatu bot, sedang Jokowu sukanya sepatu kets. Dari dulu ia begitu," tambah Erwansyah.
Edy Pramodja, teman Jokowi lainnya, menambahkan sejak mahasiswa Jokowi tidak merokok. "Saat itu ia tidak ikut dalam kegiatan politik mahasiswa (kelompok nasionalis dan kelompok religius). Ia justru mengumpulkan teman‑teman supaya kompak melalui kegiatan di Silvagama," kata Pramodja.