Yusril Ihza Mahendra: Rekonsiliasi Sesama Anak Bangsa Pasca Putusan MK
Setelah Putusan MK, ia berharap para pihak yang bersengketa, termasuk pendukung masing-masing wajib melakulan rekonsiliasi.
Editor: Rachmat Hidayat
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Ketua Tim Kuasa Hukum Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Maruf Amin, Yusril Ihza Mahendra meminta seluruh masyarakat Indonesia menyaksikan secara langsung putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang akan dibacakan Kamis (27/6/2019) besok. Putusan yang akan dibacakan, terkait Putusan Perkara Sengketa Hasil Pilpres.
"Besok pada jam 12.30 WIB, MK akan membacakan putusan perkara sengketa hasil pilpres dalam sidang yang terbuka untuk umum. Seperti sidang-sidang sebelumnya, sidang ini akan disiarkan langsung oleh berbagai stasiun TV. Silahkan warga bangsa menonton MK membacakan putusan ini," saran Yusril.
"MK adalah lembaga kekuasaan kehakiman yang merdeka dan bebas dari pengaruh siapapun. Mari kita jaga kemerdekaan MK agar tidak ada pihak manapun juga yang berusaha untuk mempengaruhi, apalagi menekan MK agar mengikuti kemauannya," lanjutnya.
Baca: 47 Ribu Personel Polisi Amankan Putusan Mahkamah Konstitusi
Sebagai advokat Paslon No 1, Yusrik mendorong agar MK memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada advokat Paslon No 2 untuk menguraikan permohonannya. Menghadirkan semua alat-alat bukti yang mereka miliki agar mereka dapat membuktikan dalil-dalil permohonan mereka.
Termohon KPU, pihak terkait dan Bawaslu, lanjutnya juga harus diberikan kesempatan yang sama, agar sidang berjalan fair dan adil. Majelis Hakim, harap Yusril akan menilai semua argumen dan kekuatan pembuktian dari semua alat bukti yang dihadirkan agar dapat memutuskan perkara dengan penuh keadilan.
"Apapun putusan MK harus diterima oleh para pihak yang dengan jiwa besar. Begitu juga sikap para pendukungnya. Putusan MK final dan mengikat, tidak ada upaya hukum lagi. Setiap sesuatu harus ada akhirnya. Putusan MK adalah upaya terakhir menyelesaikan perselisihan," ia mengingatkan.
Setelah Putusan MK, ia berharap para pihak yang bersengketa, termasuk pendukung masing-masing wajib melakulan rekonsiliasi. "Sebagai bangsa yang besar, kita wajib melihat ke depan dan melupakan konflik internal untuk sebuah tujuan yang lebih besar, kemajuan bangsa dan negara," tegasnya.
Baca: 26 Juni Peringatan Hari Anti Narkotika Internasional
Negara ini milik kita semua para warga bangsa. Jangan kita saling meyimpan dendam dan permusuhan. Perbedaan kepentingan selamanya akan ada. Kita harus mampu mengelola perbedaan itu secara elegan agar bermuara pada maslahat dan kebaikan, bukan kerusakan apalagi kehancuran," lanjut Yusril.
Ia kemudian mengajak warga bangsa untuk mengedepankan kejernihan berfikir, meningkatkan daya kritis dan bersikap saling menghargai. Jauhkan diri dari sikap emosional berlebihan, mudah menerima sesuatu tanpa bertanya dan melihat orang yang berbeda sebagai musuh yang harus dilawan.
Baca: Jokowi Terima Kunjungan Presiden Argentina di Istana Bogor
Indonesia adalah bangsa yang besar dan majemuk. Bangsa yang memiliki budaya yang luhur dan saling menghargai antar sesama. Jaga kesatuan dan persatuan antara sesama. Yusril kemudian mencontohkan bangsa lain yang dilanda konflik dan perang saudara. Hal ini menjadi pelajaran bagi semua anak bangsa.
"Kedepankan akhlaqul karimah, gunakan bahasa yang baik. Bahasa —kata Raja Ali Haji bin Raja Ahmad, seorang pujangga Melayu peletak dasar Bahasa Melayu Modern— menunjukkan bangsa. Bahasa yang baik menunjukkan bangsa yang baik. Bahasa yang buruk menjukkan bangsa yang buruk pula," ujarnya.
Baca: BPN Minta MK Perhatikan Dampak Sosial Atas Putusan Sengketa Pilpres
Mentalitas bangsa harus mampu bertahan terhadap perubahan zaman. Kini, Yusril mengingatkan ada media sosial yang tiap orang dapat menulis apa saja yang dia mau. Setiap hari orang akan menerima informasi yang datang dari mana saja, terkadang tanpa dia tahu dari mana asalnya dan siapa yang menulisnya.
"Jangan menelan mentah-mentah semua informasi. Baca dulu, pikirkan dulu, tanya dulu dan jika mungkin tabayyun dulu. Seperti dikatakan Al Quran, jika ada orang fasik membawa berita, jangan kita percaya begitu saja. Cek dulu kebenarannya agar tidak tercipta permusuhan di antara kita," Yusril mengingatkan.